"Karya seni ini dianggap memiliki makna yang tinggi. Dominasi warna hitam, merah, dan putihnya dinilai punya daya pikat. Warna merah melambangkan keberanian, putih melambangkan kesucian, dan hitam melambangkan kekuatan," tukasnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya, menilai Ulos adalah kebanggan Indonesia. Bahkan, saat IMF Meeting di Washington DC beberapa waktu lalu, Ulos Harungguan dipakai oleh para Pemimpin Keuangan dari berbagai negara yang hadir di sana.
“Sudah pasti kita sangat bangga. Bayangkan, karya tangan-tangan terampil para penenun, bisa ter-ekspose di perhelatan penting keuangan dunia,” paparnya.
Menpar pun mengajak masyarakat untuk datang ke Museum Tekstil dan menyaksikan pameran ini.
“Kalau mau tau lebih dalam mengenai perjalanan sejarah pertenunan Ulos Batak yang sudah berusia puluhan tahun, ajak keluarga dan teman-teman untuk melihat kehebatan karya-karya dari para penenun. Kapan lagi bisa melihat koleksi Ulos Batak yang sudah berumur puluhan tahun di satu lokasi,” ajak Menpar.
Menteri asal Banyuwangi ini menilai Ulos tidak mudah lekang dengan panas, dan tidak lapuk dari hujan.
“Ulos, tidak hanya menyimpan tradisi Batak yang kental dan sarat makna,” jelasnya.
Ulos memang terlihat istimewa. Ditemukan fakta bahwa ulos merupakan suatu produk penting asal salah satu peradaban tertua di Asia.
Usianya diperkirakan sudah 4.000 tahun. Ulos bahkan disebut-sebut telah ada jauh sebelum bangsa Eropa mengenal tekstil.
"Ulos juga disebut sebagai representasi dari semesta alam. Di masa lampau, perempuan-perempuan Batak bangga menenun, memakai, dan mewariskannya kepada keluarga sebagai suatu pusaka," tuturnya.(*)