Perjalanan Dynand Fariz Dari Kota Kecil Menembus Fashion Internasional
Tahun ini, JFC mengambil tema 'Tribal Grandeur', sebuah tema yang mengisahkan kejayaan suku-suku terkenal di dunia, termasuk di Indonesia.
Suku yang diangkat melalui tema Tribal Grandeur antara lain Zulu, Viking, Karen, Minahasa, juga Mongol.
Menurut David, Tribal Grandeur juga mewakili kejayaan seorang Dynand Fariz membawa sebuah karnaval fesyen dari sebuah kota kecil ke kancah nasional bahkan internasional.
JFC kini menjadi pagelaran karnaval terbaik di Indonesia, dan menjadi ikon karnaval.
JFC juga menjadi kalender event wisata di Kementerian Pariwisata RI.
Kejayaan Dynand Fariz juga bisa dilihat dari sejumlah busana rancangannya yang meraih sejumlah penghargaan.
Salah satunya, rancangannya The Chronicle of Borobudur memenangi penghargaan Best National Costume di ajang Miss Universe tahun 2014.
Fariz juga menjadi konsultan karnaval tematik di sejumlah daerah di Indonesia, seperti Batik Solo Carnival.
"Mas Fariz merupakan orang yang menggerakan beberapa karnaval di Indonesia, salah satunya melalui Asosiasi Karnaval Indonesia, di mana Mas Fariz jadi keduanya dan saya sebagai Sekjennya," imbuh David.
Meskipun sudah meninggal dunia, orang yang terlibat di JFC tetap akan meneruskan JFC tersebut.
David dan manajemen JFC melihat JFC sebagai warisn Dynand Fariz. Fariz berkeinginan supaya JFC terus ada dan berjalan.
"Karenanya semalam itu Mas Fariz sudah membagi pekerjaan. Kaget juga sebenarnya. Kami semua sudah diberi masing-masing pekerjaan yang harus dijalankan dan JFC harus terus berjalan," tegasnya.
David menambahkan, soal keinginan Dynand Fariz yang belum tercapai yakni Museum Karnaval di Kabupaten Jember.
Fariz bercita-cita, Jember memiliki sebuah museum yang nantinya memajang aneka kostum karnaval yang pernah ditampilkan oleh JFC dan karnaval di kota lain di Indonesia.