Laporan Wartawan Tribunnews.com, Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Meski bukan hal baru, tren yang sedang berkembang dalam menghilangkan stres saat ini adalah mengonsumsi adaptogen, tumbuhan atau tanaman yang dianggap dapat menetralkan efek stres pada tubuh.
“Klaimnya adalah adaptogen mengurangi reaksi tubuh kita terhadap stres dan membantu kita beradaptasi dengan pemicu stres dengan lebih baik,” kata Dana Ellis Hunnes, PhD, MPH, RD, ahli diet senior UCLA Health seperti dikutip UCLA Health.
Menurut dia, di beberapa bagian Asia dan India, masyarakat telah menggunakan adaptogen selama berabad-abad untuk mengobati berbagai penyakit.
Di Amerika Serikat, para ahli medis mulai menyadari nilai adaptogen seiring dengan berkembangnya penelitian.
Para ahli percaya bahwa adaptogen berinteraksi dengan poros hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA), yang memulai respons stres tubuh Anda dan memainkan peran besar dalam menjaga keseimbangan tubuh.
Ada beberapa tanaman adaptogen yang umum digunakan, antara lain ashwagandha, terbukti membantu mengurangi kecemasan dan depresi.
Kemudian ginseng, mengacu pada ginseng Amerika atau Asia, dan digunakan untuk melawan kelelahan.
Sementara reishi, sejenis adaptogen jamur yang digunakan untuk meningkatkan sistem kekebalan dan melawan kanker dipelajari efektivitasnya dalam mengobati tumor kanker.
Rhodiola, untuk mengurangi kelelahan, depresi dan nyeri. Ada pula Schisandra untuk meningkatkan konsentrasi, koordinasi dan daya tahan.
Tulsi atau "kemangi suci" digunakan untuk meningkatkan fokus, mengurangi kecemasan dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Kehidupan serba cepat seperti saat ini cenderung membuat sebagian orang dekat dengan stres.
Menurut beberapa sumber penelitian, kondisi stres dapat mempengaruhi berbagai aspek kesehatan kulit.
Dalam kondisi stres, akan terjadi peningkatan hormon stres atau kortisol di dalam tubuh sehingga memicu reaksi inflamasi yang mengakibatkan tumbuhnya jerawat, kusam, berkurangnya fungsi pelindung alami kulit hingga mempercepat proses penuaan dini.