Tak hanya itu, Jusuf Kalla pun dinilai menjadi role model pas dengan prestasi mentereng dari luar Jawa.
"Pak Jusuf Kalla bertarung di 2009, tapi dengan potensi diri yang dimiliki bisa bertarung. Paling penting sebenarnya adalah proses pemilu tak membuat kita bercerai berai. karena kita ini negara paling gampang konflik. Kita ini sangat pluralistik,” kata Dr Iqbal Latief.
Iqbal mewanti-wanti masyarakat soal politik sumbu pendek seringkali menjangkiti masyarakat Indonesia jelang Pemilu 2024.
"Kita kenal dengan istilah politik sumbu pendek. Begitu ada sesuatu langsung meledak, nanti baru dipikir ternyata salah. Yang paling penting, jangan sampai Pemilu atau Pilpres membuat garis sangat panjang dan lama," katanya.
Ia menjelaskan bangsa Indonesia sudah punya pengalaman pada Pemilu 2019.
“Ada dulu cebong dan kampret itu jangan sampai kembali lagi di Pemilu 2024,” katanya.
Iqbal menganggap Jawa adalah Kunci adalah realitas sosial.
“Tapi prinsip kita selama ini adalah harmoni. Kalau presidennya kebetulan lahir di Jawa, tapi presidennya diharapkan kebetulan lahir di timur,” ujarnya.
Sehingga, Iqbal pun setuju dengan pasangan pelangi.
“Karena keharmonisan dalam politik akan berefek ke dimensi lain. Saya melihat isu Jawa adalah Kunci adalah bagian dari diskursus politik supaya anak muda tak alergi dengan politik,” katanya.
Dalam akhir pemaparannya, dalam Pemilu 2024 ada dua kondisi yakni ideal dan realistik.
“Dalam kondisi ideal, kita semua punya hak yang sama untuk menjadi presiden. Tapi dalam kondisi realitas, kita juga harus memahami satu kesatuan yang utuh,” katanya. (faqih imtiyaaz/wahyudin tamrin/hasim arfah)