TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sikap penolakan disampaikan kader-kader muda milenial lintas partai politik terhadap sistem pemilihan anggota legisatif (pileg) dengan daftar tertutup.
Penolakan itu disampaikan dalam acara diskusi yang digelar Media dan Penggalangan Opini (MPO) Partai Golkar bersama Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) bertajuk "Sistem Proporsional Tertutup: Anak Muda Terhambat Untuk Berkarya" di Studio Cikajang, Jakarta, Jumat (13/1/2023).
Wakil Ketua Umum PP AMPG, Adanti Pradipta mengatakan, kelompok muda Partai Golkar memiliki perspektif yang bisa dipastikan mengarah kepada penolakan sistem proporsional tertutup pada Pemilu 2024.
"Kalau tertutup apa jaminannya perempuan akan dipilih menjadi wakil mereka? Makanya saya lebih memilih terbuka agara bisa mensosilisasikan diri kepada rakyat," ujar Adanti.
Baca juga: Sekjen PAN: Sistem Proporsional Tertutup Kemunduran Demokrasi
Sama halnya dengan sikap AMPG, Ketua DPP Barisan Muda (BM) PAN, Riyan Hidayat juga tegas menolak sistem proporsional tertutup.
"Perdebatan kita hari ini bukan soal siapa yang diuntungkan, laki-laki atau perempuan. Tapi bagiamana meletakan bahwa kedaulatan itu milik rakyat," tuturnya.
Sementara dari politisi dari Angkatan Muda Kabah (AMK) Khairany Soraya berpendapat, sistem proporsional tertutup hanya akan memindahkan permainan politik uang tak lagi menyasar rakyat pemilih.
"Kalau menurut saya, seandainya sistem proporsional tertutup, itu jadinya akan ada politik uang internal. Misal, saya nyaleg, siapa yag kenal saya. Jadi akan ada, (kasak-kusuk) di internal, "Pak saya nomor urut berapa nih?'," tambah Soraya.
Sementara itu, juru bicara PSI, Dedek Prayudi yang pernah menjadi caleg pada Pemilu Serentak 2019 lalu memiliki padanngan serupa dengan Soraya. Karena pada pengalaman lalu itu, ia bisa merasakan bagaiamana bertarung secara terbuka secara sehat dalam berebut suara rakyat.
"Saya di pemilu lalu pernah ngbrol-ngobrol dengan Mbak Putri Komaruddin, gimana di dapilnya. Dia menceritakan perjuangannya mendekatkan diri kepada kelompk ibu-ibu, UMKM. Nah saya enggak kebayang, gimana kalau tertutup, Siapa yang akan dideketin," tandasnya.
Sementara itu Ketua Umum PP AMPG Ilham Permana dalam sambutannya pada acara diskusi mengatakan sistem proporsional tertutup merupakan sebuah kemunduran demokrasi di Indonesia.
Satu dari sekian banyak alasan adalah dengan sistem proporsional tertutup, kata Ilham Permana adalah partai politik akan menempatkan kader kader seniornya untuk dapat menempati nomor urut paling atas. hal tersebut secara otomatis menutup ruang bagi anak-anak muda Indonesia yang ingin berkarya bagi negara karena hampir dapat dipastikan mereka tidak akan mendapatkan posisi nomor urut yang menguntungkan.
"AMPG menolak dengan tegas sistem proporsional tertutup yang bukan hanya membatasi ruang gerak karya anak muda tapi juga menghilangkan asas kedaulatan rakyat yang selama pemilu mereka langsung bisa mengenal, menilai dan pada akhirnya memilih para wakil rakyatnya," ujarnya.
CAPTION FOTO: Diskusi yang digelar Media dan Penggalangan Opini (MPO) Partai Golkar bersama Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) bertajuk "Sistem Proporsional Tertutup: Anak Muda Terhambat Untuk Berkarya" di Studio Cikajang, Jakarta, Jumat (13/1/2023).
One attachment
• Scanned by Gmail