Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik Hadi Suprapto Rusli mengatakan daerah pemilihan Jawa Timur berpotensi menjadi pentas perebutan suara paling sengit pada Pemilu Serentak 2024 mendatang.
Pasalnya ceruk basis Nahdlatul Ulama di Jawa Timur cukup memungkinkan bagi para calon presiden mendapatkan pundi suara terbesar.
"Sudah bisa dipastikan daerah pemilihan Jawa Timur menjadi pentas perebutan suara paling sengit. Ceruk suara basis Nahdlatul Ulama (NU) di sana cukup memungkinkan bagi calon presiden bisa mendapatkan pundi suara terbesar," kata Hadi kepada wartawan, Rabu (24/5/2023).
Terdapat banyak tokoh familiar di Jawa Timur yang menjadi target utama dalam kontestasi pemilihan presiden 2024.
Adapun berdasarkan hasil pantauan tracking Grab Bigdata oleh Founder Jayabaya EngineX, Gumilar Satriawan terkait popularitas tokoh Jawa Timur yang sering diperbincangkan di media sosial pada rentang Januari - Mei 2023, menunjukkan Khofifah Indar Parawansa memimpin popularitas sebesar 27,8 persen.
Disusul Marzuqi Mustamar 19,8 persen, Ahmad Dhani 16,6 persen, Emil Dardak 13,7 persen, Tri Rismaharini 7,5 persen, Anwar Sadad 5 persen, Syaifullah Yusuf 3,7 persen, Abdullah Azhar Anas 2,7 persen, Achmad Fadil 1,6 persen, Fandi Akhmad Yani 0,7 persen, Baddrut Tamam 0,6 persen, dan Muhammad Sarmuji 0,3 persen.
Hadi mengatakan dua nama teratas yakni Khofifah dan Marzuqi Mustamar merupakan tokoh NU Jawa Timur yang disebut representasi suara NU Jawa Timur.
"Jawa Timur merupakan wilayah menarik di mana terkadang penguasa teritorial merupakan penentu. Bukan partai politik atau dukungan formal dari organisasi mayoritas sekalipun," kata Hadi.
Direktur Eksekutif IDE CIPTA Research and Consulting ini mengatakan kekuatan Khofifah sebagai penentu tak banyak berubah, yakni sebagai anggota Muslimat yang dia pimpin, yang telah teruji dalam dua Pilgub sebelumnya. Muslimat juga disebut memberi kontribusi besar bagi kemenangan Jokowi-Jusuf Kalla dalam meraup suara di Jawa Timur pada Pilpres 2014.
Selain itu Khofifah juga memiliki kekuatan pada pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) Kementerian Sosial yang banyak diisi alumni gerakan kemahasiswaan.
Menurutnya loyalitas pemilih Khofifah di Jawa Timur tidak bisa diragukan karena ada dua pondasi kuat yang terbangun. Yakni kader Muslimat yang loyal terhadap pemimpinnya, serta citra dermawan yang tersampaikan lewat pendampingan PKH.
Sehingga kata Hadi, jika pasangan calon presiden-wakil presiden berakhir tiga poros, maka pasangan yang menjadikan Khofifah sebagai wakilnya berpotensi lolos putaran pertama Pilpres 2024.
Baca juga: Din Syamsuddin Sebut AHY dan Khofifah Cocok Jadi Cawapres Anies, NasDem Bilang Begini
"Jika pencalonan presiden berakhir tiga pasangan, maka kemungkinan capres yang mendapuk Khofifah sebagai wakilnya berpotensi memenangkan putaran pertama Pilpres 2024 mendatang," pungkas Hadi. (*)