TRIBUNNEWS.com - Ketua Bappilu PPP sekaligus Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno, resmi diusung PPP menjadi bakal calon wakil presiden (bacawapres) untuk calon presiden (capres) PDIP, Ganjar Pranowo.
Meski demikian, Pengamat Politik sekaligus Direktur Eksekutif Aljabar Strategi, Arifki Chaniago menilai peluang Sandiaga Uno menjadi cawapres Ganjar Pranowo, terlalu tipis.
Penilaian ini disampaikan Arifki mengingat PDIP memiliki beberapa kecenderungan dalam menentukan cawapres.
Hal ini, kata Arifki, berkaca pada Pilpres sebelumnya, di mana PDIP selalu memilih cawapres yang senior dari capresnya.
Selain itu, para cawapres dari capres PDIP memiliki latar belakang sebagai tokoh Nahdlatul Ulama (NU).
"Kita melihat polanya PDIP dalam menentukan cawapres, misalnya Megawati dari 2001-2004 dengan Hamzah Haz, kemudian Megawati dengan Hasyim Muzadi di 2004."
Baca juga: Sandiaga Uno Dipilih PPP Jadi Cawapres Ganjar Pranowo, Hasto: Kita Lihat Kesesuaian Kepemimpinannya
"Kemudian Jokowi-Jusuf Kalla, lalu Jokowi-Maruf," urai Arifki kepada Tribunnews.com, Selasa (20/6/2023).
"Ini akan rumit. (Meski) mungkin secara finansial, Sandi diuntungkan karena bisa mem-back up Ganjar. Tapi, apakah itu yang dibutuhkan PDIP," imbuhnya.
Pola Cawapres PDIP
Keempat tokoh yang disebut Arifki Chaniago menjadi cawapres kader PDIP itu memang diketahui merupakan tokoh besar NU.
Pertama, Hamzah Haz, yang dulunya pernah menjadi anggota DPR RI Fraksi NU saat masih menjadi partai sendiri.
Ia juga pernah menjadi anggota DPRD Kalimantan Barat dari Partai NU.
Mengutip situs resmi PPP, Hamzah Haz turut bergabung dengan partai berlambang Kakbah itu ketika NU dan tiga partai Islam lainnya melebur menjadi PPP pada 1971.
Sejak saat itu, karier politik Hamzah Haz terus melejit.