News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres 2024

Bacapres Rebutan Sowan ke Keluarga Gus Dur, Pengamat: Bidik Suara Akar Rumput NU & Gusdurian

Penulis: Malvyandie Haryadi
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengamat Politik Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin. Ujang Komarudin menilai sowan yang dilakukan sejumlah calon presiden tersebut tidak lain karena mereka berharap dukungan dan doa dari keluarga besar Nahdlatul Ulama (NU) dan Gusdurian.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Bakal calon presiden belakangan rebutan melakukan kunjungan atau sowan ke kediaman istri Gus Dur dan putrinya, Sinta Nuriyah dan Yenny wahid di Ciganjur, Jakarta Selatan.

Sebelumnya Ganjar Pranowo, dan rencananya Prabowo Subianto juga akan segera sowan.

Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komarudin menilai sowan yang dilakukan sejumlah calon presiden tersebut tidak lain karena mereka berharap dukungan dan doa dari keluarga besar Nahdlatul Ulama (NU) dan Gusdurian.

Baca juga: Pengamat: Jika Berduet Ganjar-Yenny Wahid akan Padukan Mesin Politik PDIP & Akar Rumput NU-Gusdurian

"Sinta Nuriyah dan Yenny Wahid ini kan simbol dan tokoh yang sangat dihormati di kalangan nahdlatul ulama (NU). Jadi tidak heran semua capres sowan dan berharap dukungan," kata Ujang di Jakarta, Sabtu (19/8/2023).

Di samping itu, menurut Ujang, menyadari kuatnya basis suara NU di akar rumput dan ketokohan Sinta dan Yenny Wahid, sowannya mereka untuk melamar putri kedua Gus Dur itu sebagai pendamping di Pilpres 2024.

"Pilpres 2024 nanti tokoh NU menjadi penentu. Sehingga Yenny Wahid masuk dalam bursa di hampir semua capres baik itu Ganjar, Anies maupun Prabowo.  Yenny ini kan tokoh dari keturunan pendiri NU, sehingga menjadi representasi Nahdiyin," jelasnya.

Ujang mengatakan suara NU selalu menjadi penentu. Bahkan pada Pemilu 2019, Joko Widodo berhasil memenangkan Pilpres karena berpasangan dengan KH. Maruf Amin.

Baca juga: Prabowo Terharu Budiman Dukung Dirinya jadi Capres: Dulu Berseberangan Sampai Saya Kejar-kejar

"Pak Jokowi menang karena wakilnya dari NU, yaitu kiai Ma'ruf," katanya.

Selain itu, kata dia, bukan hanya 2019, namun dalam setiap pemilu paska reformasi. Dan di Jatim yang merupakan lumbung suara Nahdliyin.

"Suara Nahdliyin atau Nahdlatul Ulama selalu memegang peran penting hampir dalam setiap pemilihan presiden (Pilpres) pascareformasi. Pengecualian hanya terjadi di periode kedua Susilo Bambang Yudhoyono," katanya.

Menurutnya, suara Nahdliyin hampir selalu jadi kunci kemenangan capres-cawapres, terutama pada periode yang tidak ada calon incumbent.

Pada Pemilu 2014 misalnya, hampir semua calon presiden merangkul tokoh NU untuk meraup suara dari kalangan Nahdliyin.

"Megawati merangkul Hasyim Muzadi yag menjadi Ketua Umum PBNU. Wiranto maju bersama Salahuddin atau Gus Solah, ada juga Hamzah Haz, tokoh NU yang maju sebagai capres bersama Agum Gumelar. Sedangkan Pak SBY wakilnya JK yang pada waktu itu ditonjolkan betul identitas ke-NU-annya,” kata Ujang. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini