Menurutnya, ke depan Indonesia butuh pemimpin yang bisa melihat keadaan global seperti kondisi ekonomi, teknologi, perang dan masalah-masalah lainnya.
"Kita butuh kepemimpinan yang punya visi misi jangka panjang yang bisa menyelesaikan masalah kerakyatan," pungkasnya.
Rekam Jejak Budiman Sudjatmiko: Dulu Getol Kritik Prabowo, Kini jadi Pendukung di Pilpres 2024
Politikus PDIP, Budiman Sudjatmiko resmi mendukung bakal calon presiden (capres) Prabowo Subianto di Pilpres 2024.
Dukungan Budiman Sudjatmiko pada Prabowo Subianto tersebut tentu saja berseberangan dengan keputusan PDIP.
Sebab, PDIP telah mendeklarasikan kader mereka, Ganjar Pranowo sebagai capres yang akan maju di Pilpres 2024.
Adapun alasan Budiman Sudjatmiko mendukung Prabowo di Pilpres 2024 karena Indonesia tengah membutuhkan kepemimpinan yang strategik.
Lantaran alasan inilah, Budiman tidak mendukung koleganya, Ganjar Pranowo sebagai capres.
"Pak Ganjar baik, bukan buruk ya, tapi Indonesia butuh kepemimpinan yang strategik untuk hari ini," katanya.
Menurutnya, ke depan Indonesia butuh pemimpin yang bisa melihat keadaan global seperti kondisi ekonomi, teknologi, perang, dan masalah lainnya.
"Kita butuh kepemimpinan yang punya visi misi jangka panjang yang bisa menyelesaikan masalah kerakyatan," ujar dia.
Dulu Getol Kritik Prabowo
Bila kembali sekira lima hingga 10 tahun lalu, Budiman adalah sosok yang getol mengkritik Prabowo.
Saat di Pilpres 2014 dan Pilpres 2019, tak terhitung berapa kali kritikan keras yang dilayangkan Budiman pada Prabowo.
Di antaranya saat Budiman mengkritik program Dana Desa yang saat itu diusung oleh pasangan Prabowo-Hatta Rajasa di Pilpres 2014.
Menurut Budiman, program pemerataan dana Rp 1 miliar yang akan diberikan kepada setiap desa, dinilai Budiman, bertentangan dengan Undang-undang Desa.
Kemudian pada Pilpres 2019, Budiman yang menjadi juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin lagi-lagi mengkritik Prabowo.
Seperti pada saat debat Pilpres 2019, Budiman menyebut Prabowo sering berbicara tentang sentimen dan tidak berbicara tentang instrumen.
Saat itu, debat yang digelar pada Sabtu (30/3/2019) membahas tema Pertahanan dan Keamanan.
Kritikan ini disampaikan Budiman melalui akun Twitter-nya, @budimandjatmiko pada Sabtu (31/3/19), dikutip dari TribunJateng.com.
Menurut Budiman, Prabowo gagap tentang cara, sistem, dan metodologi serta tidak memahami evolusi peradaban.
Budiman juga menyebut, Prabowo menurunkan marwah kepemimpinan karena marah-marah di debat Pilpres 2019.
Bahkan pria yang kini berumur 53 tahun itu sempat menyebut Prabowo tidak pantas menjadi Menteri Pertahanan pada periode 2019-2024.
"Knp pak Prabowo terus bicara sentimen & tdk menyinggung instrumen? Krn dia gagap ttg cara, sistem & metodogi.
Dia benar2 gak memahami evolusi peradaban. Pak @jokowi bicara tahap2 & metodologinya. 02 is the talker from the past , 01 is the doer for the future!
Kalau kayak gini performa pak Prabowo, jd menhan pemerintahan Presiden @jokowi pd 2019-2024 pun tak pantas," tulis Budiman.
Namun yang terjadi di kemudian hari, Jokowi justru memilih Prabowo menjadi Menteri Pertahanan hingga saat ini.
Masih di debat Pilpres 2019, Budiman kembali mengkritik Prabowo dan menyebutnya sebagai produk gagal.
Kritikan keras itu disampaikan Budiman melalui akun Twitter pada 22 Mei 2019.
Kemudian, dalam sebuah acara, Budiman menilai Prabowo telah berubah, dari singa Asia menjadi kucing anggora.
Hal ini lantaran dirinya merasa kecewa Prabowo tak memberikan perlawanan saat debat tersebut.
Baca juga: Budiman Sudjatmiko Berharap Tidak Dipecat dari PDIP Imbas Mendukung Prabowo di Pilpres 2024
Pendukung Prabowo di Pilpres 2024
Empat tahun berselang, sikap Budiman kepada Prabowo melunak.
Pada Selasa (18/7/2023) malam, Budiman menemui Prabowo di di Jalan Kertanegara IV, Kebayoran, Jakarta Selatan.
Setelah pertemuan itu, mantan pendiri PRD itu melemparkan beragam pujian pada Prabowo.
Menurut Budiman, Prabowo merupakan salah satu figur yang layak menjadi pemimpin masa depan.
"Saya berharap Pak Prabowo sehat, teruskan tugas, tunaikan tugas, dan saya ingin orang Indonesia layak untuk mendapatkan orang terbaik, salah satunya Pak Prabowo," kata Budiman.
Ia pun merasa banyak memiliki kesamaan pandangan kepemimpinan dengan Prabowo.
Di antaranya, keduanya ingin membawa Indonesia bangkit di tengah banyaknya turbulensi.
"Saya mengapresiasi dan merasa bahwa Pak Prabowo itu mewakili satu cara pandang kepemimpinan politik yang cocok dengan saya dalam pengertian suatu bangsa yang ingin bangkit di tengah turbulensi," ungkapnya.
Karena itu, kata Budiman, diperlukan sosok yang kepemimpinan yang berasal dari intelejen dan aktivis untuk menghadapi krisis global.
Gabungan dua kepimpinan itu diyakini dapat menghadapi berbagai persoalan bangsa.
Ia juga mendukung Prabowo agar tidak terus dibebani oleh permasalahan pelanggaran HAM di masa lalu.
Atas tindakannya yang bertemu dengan Prabowo, Budiman lantas dipanggil DPP PDIP pada Jumat (28/7/2023).
Saat dimintai klarifikasi, Budiman menyampaikan, kedatangannya ke rumah Prabowo bukan dalam rangka menyampaikan dukungan di Pilpres 2024.
Namun belum ada sebulan sejak pemanggilan itu, kini Budiman secara terang benderang mendukung Prabowo.
Keduanya bahkan mendeklarasikan relawan Prabowo-Budiman Bersatu (Prabu) di Marina Convention Center, Kota Semarang, Jawa Tengah, pada Jumat (18/8/2023).
Terkait dukungannya pada Prabowo, Budiman berharap tidak dipecat dari PDIP dan partai bisa memahami jalan yang dipilih dengan pertimbangan aliansi strategis.
"Ada benarnya juga kenapa tidak dipertimbangkan untuk membangun aliansi strategis dengan Gerindra, misal seperti itu," kata Budiman.
"Sehingga kemudian tindakan saya salah, tapi sanksinya tidak harus dipecat. Saya sih berharap itu, dan saya masih percaya partai saya akan mengambil juga pilihan itu salah satunya," harapnya. (tribun network/thf/Tribunnews.com)