Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Umum PPP Arsul Sani menanggapi Bakal calon presiden (capres) Ganjar Pranowo muncul dalam tayangan azan Magrib di stasiun televisi swasta.
Terkait hal tersebut, Arsul menyerahkan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menilai hal tersebut.
Hal tersebut disampaikannya usai peluncuran dua buku Ketua MPR RI Bambang Soesatyo bertajuk PPHN Menuju Indonesia Emas 2045 serta News Maker Satu Dasawarsa 'The Politician' di kawasan Senayan Jakarta pada Minggu (10/9/2023).
"Itu kita serahkan ke KPI sajalah untuk menilai, kan tidak etis misalnya kalau saya menilai baik pro atau pun kontra itu, biar menjadi bahan kajiannya KPI lah," kata Arsul.
Ketika ditanya lebih lanjut perihal apakah hal tersebut termasuk politik identitas atau bukan, Arsul mempertanyakannya.
Menurutnya, selama ini politik identitas yang dilarang afalah politik identitaa yang memecah belah dan mengganggu persatuan dan kesatuan.
"Kalau orang wudu salat masa kemudian itu dianggap politik identitas yang terlarang? Tapi itu sekali lagi biarkan KPI yang merespon," lanjut Arsul.
Menurutnya, publik jangan terjebak ke dalam diskursus tentang pro kontra terkait hal itu.
Karena menurutnya, hal tersebut hanya akan menimbulkan perpecahan baru.
"Jangan kita kemudian terjebak dalam pro kontra. Saya sebagai bagian dari koalisi yang mengusung Pak Ganjar misalnya kok pro bela-belain. Nggak bagus karena itu justru hanya akan menimbulkan perpecahan baru. Jadi lebih bagus kita serahkan soal-soal seperti itu ke KPI saja," kata dia.
Bakal calon presiden (capres) Ganjar Pranowo sebelumnya muncul dalam tayangan azan Magrib di sebuah stasiun televisi.
Video Ganjar Pranowo tersebut menjadi sorotan hingga dikaitkan dengan politik identitas.
Baca juga: Respons Ganjar Dikritik Tampil di Azan TV, Hasto: Tak Ada Rekam Jejak Politik Identitas Sedikit Pun
Tayangan azan Magrib yang menampilkan Ganjar Pranowo itu dikabarkan ada sejak 5 September 2023 di dua stasiun televisi swasta.