"Waktu berenang, saya lihat ada dinding dari marmer tapi tertutup oleh lumut. Saya suruh bersihkan lumut dan saya baca di situ ada tulisan 'Honden en Inlander Verbodeen'."
"Ya, artinya, anjing dan pribumi dilarang masuk kolam renang. Saya baca itu tahun 1975," katanya.
Baca juga: Prabowo Akui Pernah Jual Aset dan Tanah saat Situasinya Terjepit: Untuk Kebutuhan Partai Saya
Prabowo mengatakan tulisan tersebut menjadi tanda bahwa bangsa Indonesia pernah dijajah dan dianggap lebih rendah dari anjing.
"Jadi, dulu kita dijajah, dibantai, diperbudak, dimiskinkan, dan dianggap lebih rendah dari anjing," ujarnya.
Kemudian, Prabowo kembali mengenang saat masih menempuh pendidikan di Eropa.
Ketika itu, sambungnya, setiap hari diejek oleh gurunya sebagai 'bangsa monyet'.
"Anda minta saya refleksi, saya pernah hidup di tengah orang Eropa. Saya ingat, waktu itu saya satu-satunya murid yang bukan kulit putih, tiap hari saya diejek guru."
"Setiap hari dibilang bangsa monyet, ini itu, 'Prabowo, your people live on trees'. Saya alami, saya sekolah di beberapa negara selalu mereka bilang begitu, rakyatmu tinggal di pohon, saya mengalami," ceritanya.
Berkaca dari pengalamannya tersebut, Prabowo pun bercita-cita ingin melihat Indonesia menjadi negara bermartabat dan terhormat.
Dirinya juga tidak ingin melihat kemiskinan di Tanah Air.
"Saya ingin lihat anak-anak Indonesia kuat, gembira, senyum, dan orang tuanya gembira. Itu yang mendorong saya."
"Kalau Anda merefleksi saya, saya tidak mau bangsa saya dihina terus. Saya ingin bangsa saya terhormat berdikari," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)
Artikel lain terkait Pilpres 2024