Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama dan Persaudaraan Alumni 212 diyakini bakal kembali mendukung Ketua Umum Partai Gerindra yang juga bakal capres Koalisi Indonesia Maju (KIM) Prabowo Subianto di Pilpres 2024.
Hal tersebut dikatakan Dosen ilmu politik dan international studies Universitas Paramadina Khoirul Umam.
Umam mengatakan, GNPF Ulama dan PA 222 cenderung akan mendukung capres yang memiliki kesamaan cara pandang, satu frekuensi dalam konteks politik ke depan, dan tidak memiliki resistensi ideologis.
Selain itu, GNPF Ulama dan PA 212 juga akan cenderung memilih capres yang tidak memiliki catatan sejarah politik masa lalu.
"Itu yang kemudian akan menjadi arah bagi mereka (GNPF) untuk menentukan dukungan," kata Umam kepada wartawan, Kamis (21/9/2023).
Baca juga: Yusuf Martak Kenang Pilpres 2019, Sebut Prabowo Minta Dukungan Alumi 212 Tidak Mencolok
Berdasarkan kriteria tersebut, Umam menilai dari tiga nama capres yang saat ini muncul, GNPF Ulama dan PA 212 hampir tidak mungkin mendukung bakal capres PDIP, Ganjar Pranowo.
Dengan demikian, pilihan capres yang bakal didukung GNPF dan PA 212 tersisa dua, yakni Prabowo Subianto dan bakal capres Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Anies Baswedan.
Apalagi, GNPF sebelumnya mendukung Prabowo Subianto di Pilpres 2019. Bahkan, FPI yang menjadi salah satu ormas pendiri GNPF mendukung Prabowo di Pilpres 2014.
"Mungkin enggak ke Prabowo? Bisa saja. Apakah mereka merasa ditinggalkan? Ya bisa saja, tetapi perlu diantisipasi juga, Prabowo itu agak unik sekarang. Dia bisa meleburkan elemen yang dulu membenci dia, dan mendukung dia. Saya tidak tahu apakah dia atau timnya relatif lebih telaten dalam membangun jaringan sel-sel dan kekuatan politik," kata Umam.
Saat ini, Umam mencatat terdapat sejumlah individu dan organisasi yang memilih mendukung Prabowo.
Padahal, individu dan organisasi itu sebelumnya dinilai hampir tidak mungkin mendukung Prabowo. Beberapa di antaranya, relawan Pro Jokowi (Projo), Jokowi Mania, dan lainnya.
Bahkan, PSI yang sebelumnya kerap mengkritik Prabowo kini santer dikabarkan akan mendeklarasikan dukungan kepada Prabowo.
"PSI hanya satu nama. Masih banyak jaringan dan sel-sel relawan Jokowi yang lain kemudian individu-individu yang hampir tidak mungkin dulu mendukung dia dan yang dulu menjadi mesin politik yang sangat efektif untuk mendegradasi dan mendelegitimasi kredibilitas politik dia sekarang berada di belakang Prabowo untuk memberikan back up dan support di pilpres 2024. Jadi memang belum bisa disimpulkan ke satu nama. Kita lihat perkembangannya saja," paparnya.
Baca juga: SBY Sumbang Suara untuk Prabowo, Nyanyi Lagu Kamu Nggak Sendirian
Umam menyebut karena itulah, terbuka kemungkinan GNPF Ulama dan FPI berada satu gerbong dengan PSI yang sebelumnya kerap berseberangan.
Umam mengatakan, dalam konteks politik, tiap individu dan kelompok akan mengambil keputusan dengan pilihan yang kian terbatas.
Keputusan politik itu akan diambil dengan mempertimbangkan sejumlah hal, seperti merasa dimanusiakan, dihargai, dan diayomi.
"Jadi tidak semata-mata sebagai hasil dari proses transaksional dalam konteks logistik atay ekonomi politik. Ada juga nilai-nilai yang barangkali di luar aspek tadi itu," katanya.
Terlepas dari kelihaian dan ketelatenan tim Prabowo dalam menggalang dukungan, Umam mengatakan, bergabungnya GNPF Ulama dan PA 212 dalam barisan pendukung Prabowo sangat mungkin terjadi mengingat Pilpres 2024 memunculkan "alien-alien" hasil mutasi ideologis yang beragam.
Dirinya mencontohkan deklarasi capres-cawapres Koalisi Perubahan untuk Persatuan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (Cak Imin).
Narasi yang berkembang menyebut duet ini memadukan organisasi ekstra kampus HMI dan PMII yang selama ini kerap berbeda pandangan.
Selain itu, Pilpres 2024 juga mempertemukan PKS dan PKB yang dianggap seperti minyak dan air.
"Terkait konteks GNPF, bukan tidak mungkin akan berada dalam satu gerbong barang kali yang dalam konteks ideologis political positioning di pemilu-pemilu sebelumnya berada di titik berbeda, tetapi di 2024 barang kali akan berada dalam satu gerbong yang sama," pungkas Umam. (*)