Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bacapres Ganjar Pranowo dan Bacawapres Mahfud MD melakukan sesi foto bersama usai diumumkan sebagai pasangan yang didukung oleh PDIP, PPP, Perindo dan Hanura.
Di mana, sesi foto itu dilakukan di hadapan para ketua umum parpol pendukung di Kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta, Rabu (18/10/2023).
Baca juga: Mahfud MD Pakai Kemeja Hijau saat Dideklarasikan Jadi Cawapres, Pengamat: Asosiasikan Diri Figur NU
Tak hanya berfoto berdua, Ganjar dan Mahfud turut mengajak sang istri untuk berfoto bersama. Yakni, Siti Atiqoh istri Ganjar dan Zaizatun Nihayati istri Mahfud MD.
Mahfud bahkan turut mengajak sang anak dan cucuknya untuk berfoto. Momen itu pun menjadi perhatian para ketua umum parpol serta elite partai pendukung Ganjar dan Mahfud MD.
Diketahui, foto kebersamaan Ganjar dan Mahfud MD beserta keluarga di minta khusus oleh Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto.
Baca juga: Respons Sandiaga Uno usai Mahfud MD Terpilih jadi Cawapres Ganjar: Keputusan Ini Saya Syukuri
"Foto bersama keluarga di tengah," ujar Hasto Kristiyanto.
"Ini yang membedakan," sambung dia.
Tak lama kemudian istri Ganjar Pranowo yakni Siti Atiqoh ke depan mendampingi suaminya berfoto.
Zaizatun Nihajati, istri Mahfud MD juga berdiri dari tempat duduknya untuk berfoto bersama suami. Dia didampingi anak perempuannya beserta seorang cucu.
Ditemui usai acara, Hasto mengungkapkan alasannya meminta Ganjar dan Mahfud MD berfoto bersama keluarganya.
Sebab, Hasto menilai, sebuah nilai kepemimpinan dimulai dari keluarga.
Apalagi, kata dia, Mahfud MD setelah diberitahu oleh Ketua Umum PDIP Megawati akan dijadikan Cawapres pendamping Ganjar, langsung menghubungi ibundanya, menghubungi keluarganya.
"Sama dengan Pak Ganjar Pranowo karena keluarga ini kan menjadi suatu persemaian dari seluruh cita-cita dalam mengabdi dalam bangsa dan negara," kata Hasto.
Baca juga: Respons Sandiaga Uno Soal Mahfud MD Jadi Cawapres Ganjar Pranowo: Kami Akan Patuh dan Jalankan
"Sehingga seorang pemimpin tanpa mendapatkan dukungan keluarga, tanpa doa-doa, kasih seorang itu tidak akan mungkin menjadi seorang pemimpin," ucapnya.
Politisi asal Yogyakarta ini menambahkan, bahwa menjadi seorang pemimpin diperlukan getaran kemanusiaan, getaran kerakyatan serta nilai spiritualitas kepada Tuhan Yang Maha Esa.
"Membumi dengan kehendak rakyat," jelas Hasto.