TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Berikut profil tiga mantan Kapolri yakni Jenderal Polisi (Purn) Sutanto, Jenderal Polisi (Purn) Sutarman, dan Jenderal Polisi (Purn) Idham Azis yang masuk dalam tim sukses (timses) atau tim pemenangan nasional Prabowo-Gibran di Pilpres 2024.
Ketiga mantan Kapolri tersebut dalam acara deklarasi Prabowo-Gibran sebagai Capres-Cawapres di Indonesia Arena, GBK, Jakarta Pusat, Rabu (25/10/2023).
Tak hanya itu, turut hadir juga eks Wakapolri Komjen (Purn) Komjen Ari Dono Sukmanto, eks Kabaharkam Komjen (Purn) Condro Kirono dan eks Sestama Lemhannas Komjen (Purn) M Iriawan.
"Saya juga ucapkan terima kasih kepada tokoh-tokoh nasional, senior-senior yang hadir. Hadir ada Jenderal Wiranto, Marsekal Udara Imam Syafaat. Tiga mantan Kapolri, Jenderal Polisi Sutarman, Jenderal Polisi Idham Azis, Jenderal Polisi Sutanto," kata Prabowo usai mendaftar di KPU, Jakarta Pusat, Rabu (25/10/2023).
Terpisah, Wakil Ketua Umum Gerindra sekaligus Juru Bicara TKN Prabowo-Gibran, Habiburokhman menyebut 3 mantan Kapolri, Sutanto, Sutarman, dan Idham Azis telah bergabung menjadi tim kampanye nasional (TKN) Prabowo-Gibran.
Menurutnya, ketiga nama itu telah menyatakan kesediaan membantu memenangkan Prabowo-Gibran.
Baca juga: Gerindra Sebut Tiga Mantan Kapolri Putuskan Gabung Jadi Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran
"Kami mengkonfirmasi benar bahwa Jenderal Pol Purn Sutanto, Jenderal Pol Purn Sutarman, Jenderal Pol Purn Idham Aziz, Komjen Pol Purn Ari Dono dan Komjen Pol Purn Condro Kirono telah menyatakan kesediaan membantu tim kampanye nasional Prabowo-Gibran pada Pilpres 2024," kata Habiburokhman saat dikonfirmasi, Kamis (26/10/2023).
Wakil Ketua Komisi III DPR RI itu pun meyakini pemikiran hingga jaringan jenderal purnawirawan Polri itu bisa membantu pemenangan Prabowo-Gibran.
"Kami yakin pemikiran, wawasan, jaringan beliau beliau akan sangat membantu kerja kerja tim kampanya nasional Prabowo-Gibran," katanya.
Lebih lanjut, Habiburokhman menambahkan bahwa bergabungnya tiga eks Kapolri itu sebagai penanda Prabowo-Gibran berkomitmen memperkuat institusi Polri jika mendapatkan kemenangan di Pilpres 2024.
Baca juga: Profil Jenderal Sutarman, Eks Kapolri yang Hadiri Deklarasi Prabowo-Gibran di Indonesia Arena
"Kami juga perlu menegaskan jika Prabowo-Gibran memimpin 2024, maka Polri akan terus diperkuat dan semakin profesional agar dapat menjalankan tugasnya secara maksimal melayani dan mengayomi masyarakat," katanya.
"Institusi Polri tetap akan berada di bawah presiden sebagaimana halnya saat ini," sambungnya.
Berikut sosok dan profil tiga mantan Kapolri yakni Jenderal Polisi (Purn) Sutanto, Jenderal Polisi (Purn) Sutarman, dan Jenderal Polisi (Purn) Idham Azis yang gabung dalam tim pemenangan Prabowo-Gibran:
1. Profil Jenderal Polisi (Purn) Sutanto
Jenderal Polisi (purn) Sutanto adalah Kapolri ke-17. Ia menjabat Kapolri sejak Juli 2005 sampai Oktober 2008.
Sutanto merupakan pria kelahiran Comal, pemalang pada 30 September 1950.
Lulusan terbaik Akabri atau Akpol 1973 ini memimpin institusi Polri di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Saat Sutanto memimpin Korps Bhayangkara, banyak keberhasilan Polri dalam mengungkap kasus terorisme.
Misalnya penggerebekan buronan teroris perakit bom Dr Azhari di Batu Malang.
Baca juga: Prabowo-Gibran Dikawal 3 Mantan Kapolri dan Eks Panglima ABRI Saat Daftar ke KPU, Siapa Saja Mereka?
Setelah pensiun, Sutanto kemudian ditunjuk memimpin Badan Intelijen Negara 22 Oktober 2009 hingga 19 Oktober 2011 dengan status Pati Purnawirawan Polri pertama yang menjabat.
Hal fenomenal yang pernah dilakukan Sutanto saat berdinas di Polri adalah ketika ia menjabat Kapolda Sumut, Maret-Oktober 2000. Saat itu Sutanto membongkar kasus perjudian ilegal.
Gebrakannya tersebut sempat membuat bandar judi dan bekingnya tiarap.
Selama di kepolisian, Sutanto diketahui pernah menempati berbagai jabatan strategis.
Setelah lulus Akpol, Sutanto ditempatkan menjadi Pamapta Konwiko 74 Jakarta Selatan Polda Metro Jaya (1973-1975).
Kemudian, ia menjabat Kapolsek Metro Kebayoran Lama (1978-1980) dan Kapolsek Metro Kebayoran Baru (1980).
Karirnya kian moncer dengan ditunjuk menjadi Komandan Detasemen Provoost Polda Jatim (1990-1991).
Ia pun kemudian diangkat menjadi Kapolres Sumenep Polda Jatim (1991-1992) dan Kapolres Sidoarjo Polda Jatim (1992-1994).
Setelah itu, ia ditari ke Mabes Polri menjadi Paban Asrena Polri (1994-1995).
Ia kemudian dipercaya menjadi Ajudan Presiden RI era Soeharto (1995-1998).
Setelah lepas dari ajudan presiden, karirnya pun kian moncer.
Ia dipercaya menjadi Wakapolda Metro Jaya (1998-2000), Kapolda Sumatra Utara (2000), Kapolda Jawa Timur (17 Oktober 2000-Oktober 2002).
Selanjutnya ia menempati jabatan Kalemdiklat Polri (24 Oktober 2002-28 Februari 2005), Kalakhar BNN (28 Februari 2005-Juli 2005), dan Kapolri (8 Juli 2005-30 September 2008).
Selepas pensiun dari kepolisian Sutanto dipercaya menjadi Komisaris Utama PT Pertamina (Januari 2009-21 Oktober 2009) dan Kepala Badan Intelijen Negara (21 Oktober 2009-19 Oktober 2011).
2. Jenderal Polisi (Purn) Sutarman
Sutarman merupakan pria kelahiran Weru, Sukoharjo, Jawa Tengah, 5 Oktober 1957.
Selepas tamat sekolah STM, Sutarman melanjutkan sekolah ke Akademi Kepolisian dan lulus pada 1981 danĀ memulai kariernya di institusi Polri pada tahun 1982,
Sutarman diketahui menjabat Kapolri dari 25 Oktober 2013 sampai 16 Januari 2015.
Setelah Pilpres 2014, Sutarman diberhentikan dengan hormat oleh Presiden Jokowi.
Saat itu Jokowi mengajukan nama Budi Gunawan untuk menjadi penerus Sutarman.
Namun, pengajuan nama Budi Gunawan mengundang polemik hingga akhirnnya diangkat Badrodi Haiti yang saat itu menjabat Wakapolri menjadi Plt Kapolri hingga akhirnya dilantik Jokowi menjadi Kapolri definitif.
Sutarman selama berkarir di dunia kepolisian pernah menempati berbagai jabatan strategis.
Jenderal Namratus panggilannya, merupakan jebolan Akpol 1981.
Setelah lulus dari Akademi Kepolisian, Sutarman menjadi Kepala Staf Lalu Lintas Kepolisian Restor Bandung.
Selanjutnya Sutarman diangkat menjadi Kepala Kepolisian Sektor Dayeuh, Bandung.
Pada 2000, Sutarman menjabat sebagai Ajudan Presiden Abdurrahman Wahid.
Karier Sutarman di kepolisian semakin melejit.
Dalam waktu lima tahun, Sutarman menjabat sebagai Kapolda Kepulauan Riau, Kapolda Jawa Barat, hingga Koplda Metro Jaya.
Setelah menjadi Kapolda Metro Jaya, Sutarman ditarik ke Mabes Polri dan dilantik menjadi Kabareskrim.
Saat masih menjabat sebagai Kabareskrim, pernah terjadi insiden polisi mengepung Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) saat terjadi kasus petinggi Mabes Polri yang ditangani KPK.
Sutarman diangkat sebagai Kapolri pada 2013 menggantikan Jenderal Timur Pradopo.
Komisaris Jenderal Sutarman resmi menggantikan Jenderal (Pol) Timur Pradopo setelah dilantik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Jakarta, pada 25 Oktober 2013.
Sutarman merupakan calon tunggal yang diusulkan Presiden kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) saat itu.
3. Jenderal Polisi (Purn) Idham Azis
Idham Azis dilahirkan di Kendari, Sulawesi Tenggara pada tanggal 30 Januari 1963.
Idham, merupakan lulusan Akpol 1988 yang berpengalaman dalam bidang reserse.
Ia menjadi Kapolri sejak November 2019 hingga Januari 2021 menggantikan Tito Karnavian.
Idham pun diketahui pernah menempati jabatan strategis di institusi Polri sebelum menjadi Kapolri.
ia memulai karirnya dengan menjadi Perwira Samapta Kepolisian Resor Bandung (1988).
Kemudian, ia dipercaya menjadi Kepala Urusan Bina Operasi Lalu Lintas Kepolisian Resor Bandung (1989).
Selanjutnya diangkat menjadi Kapolsek Dayeuhkolot (1991), Kepala Kepolisian Majalaya Kepolisian Wilayah Priangan (1993), Kepala Unit VC Satuan Serse UM Polda Metro Jaya (1999), Wakil Kepala Satuan Serse UM Polda Metro Jaya (2001).
Ia lantas ditari menjadi Perwira Menengah Sekolah Staf dan Pimpinan Deputi Pendidikan dan Pelatihan Polri (2002), Kepala Satuan I Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya (2002), Kepala Satuan III/UM Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya (2003).
Selanjutnya ia menjadi Wakapolres Metro Jakarta Barat (2004), Inspektur Bidang Operasi Inspektorat Wilayah Daerah Polda Sulteng (2004)
Kepala Unit Pemeriksaan Sub Detasemen Investigasi Densus/Anti-Teror (2005), Kepala Unit IV Direktorat I/Keamanan dan Transnasional Bareskrim Polri Polri (2006), Kepala Sub Detasemen Investigasi Densus 88/Anti-Teror Bareskrim Polri (2008).
Selanjutnya ia menjabat Kapolres Metro Jakarta Barat (2008), Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya (2009), Wakil Kepala Densus 88/Anti-Teror Polri (2010), Direktur Tindak Pidana Korupsi Badan Reserse Kriminal Polri (2013), Kapolda Sulawesi Tengah (2014),
Inspektur Wilayah II Inspektorat Wilayah Umum Polri (2016), dan Kadiv Propam Polri (2016).
Kemudian, ia menjadi Kapolda Metro Jaya (2017), Kabareskrim Polri (2019), dan Kapolri (2019).
(Tribunnews.com/ Igman/ wikipedia)