“Kalau beliau berkomentar, mungkin itu akan makin terbuka perangnya," tambahnya.
Baca juga: Wawancara Khusus dengan Sekjen Gelora Mahfudz Siddiq: Gibran Pemecah Kebuntuan Politik
Djayadi berujar masyarakat sudah mengetahui bahwa Jokowi berpihak kepada Prabowo.
"Gimana kita mau memahami bahwa Jokowi netral secara politik? Kan enggak bisa. Wong anaknya diusahakan untuk masuk ke cawapres Prabowo dan sekarang anaknya, Gibran, menjadi cawapres Prabowo. Di mana netralnya itu," kata dia.
Adapun mengenai langkah Jokowi mengajak tiga bakal capres makan siang bersama, Djayadi menyebutnya sebagai hal yang biasa.
"Kan politik bukan panggung depan seperti itu. Politik itu apa yang sesungguhnya terjadi di panggung belakang," ujarnya.
Menurut Djayadi, di panggung belakang orang sudah memahami dengan sangat jelas bahwa Jokowi tidak bersikap netral.
Baca juga: Gibran Dipersilakan Pindah ke Golkar, Anak Jokowi Klaim Masih Jadi Kader PDIP
Sementara itu, mengenai kekecewaan sejumlah elite PDIP terhadap Jokowi, Djayadi menyebutnya sebagai hal yang wajar karena selama ini PDIP memang mengandalkan Jokowi, termasuk Gibran.
"Jokowi dinominasikan oleh PDIP walaupun PDIP punya nominasi lain waktu itu, awal 2014. Jadi, ada banyak jasa PDIP kepada Jokowi," ucapnya.
Jayadi kemudian mengatakan Jokowi belum tentu menjadi presiden apabila tidak dicalonkan oleh PDIP.
Namun, ketika PDIP sedang memerlukan Jokowi dan Gibran untuk memenangkan Ganjar pada Pilpres 2024, keduanya justu meninggalkan PDIP.
“Saat yang sama mereka meninggalkan PDIP tanpa pemberitahuan dari awal. Jadi, kaya pergi aja gitu tanpa memberi tahu. Kalaupun disebut pamit, pamitnya kan setelah jadi cawapres. Jadi, tidak ada pembicaraan awal dan sebagainya.”
“Kalau misalnya PDIP kecewa, bukan hanya wajar, menurut saya harus. Kenapa? Karena salah satu yang paling mungkin dirugikan secara elektoral oleh manuver Jokowi dan Gibran ini adalah PDIP," ujarnya.
Baca juga: Makan Siang Bersama Wapres, Gibran Ingin Sampaikan Ini ke Muhaimin dan Mahfud MD
(Tribunnews/Febri)