Andaikata anaknya patut untuk dicalonkan, Surya Paloh kemudian menyinggung soal kepantasan.
"Walaupun saya pikir saya punya kesempatan untuk mencalonkan dia (anaknya) tapi saya pikir, pantas enggak dia?" ujar Surya.
Menurut Surya Paloh, sosok cawapres haruslah melewati sebuah proses.
Proses itulah yang kemudian menjadikan sang anak sosok yang matang.
"Orangtua dulu menyatakan kalau bisa dia harus mapan dulu. Bukan hasil peraman, nah ini yang saya harapkan. Jadi mungkin kalau anak saya berani bertanya kepada saya, maka saya akan katakan 'tunggu dulu, akan tiba saatnya, itupun kalau saya masih berumur panjang'," ujar dia.
3. Sebut tak ada kekuasaan yang tidak berakhir
Surya Paloh menyebut tidak ada kekuasaan yang terus-menerus bertakhta.
Menurut Surya Paloh, setiap kekuasaan akan berakhir.
"Tidak ada kekuasaan besar maupun kecil yang pernah diizinkan bertakhta terus-menerus sepanjang zaman," kata Surya Paloh, dikutip dari Kompas.com.
"Sejarah telah menyampaikan kepada kita, bahwa berapa besar pun kekuasaan manusia bisa satu waktu dia akan berakhir juga," kata dia.
Baca juga: Survei Poltracking Terbaru Ungkap Peta Dukungan Capres-Cawapres Berdasarkan Efek Elektoral Jokowi
Surya Paloh kemudian menyinggung perkataan Adam Malik dalam buku yang berjudul "In The Service of The Republic" bahwa penguasa akan terus bergantian, tetapi negarawan tetap hidup bersama bangsa.
Dalam pidatonya, Paloh juga mengatakan bahwa dibutuhkan keberanian dalam berpolitik agar selalu memegang prinsi-prinsip dalam konstitusi.
4. Ungkap upaya bawa negara dan aparat untuk layani golongan
Surya Paloh juga menyinggung soal adanya upaya membawa negara dan aparat serta aparatur negara untuk melayani pribadi dan golongan.
Namun, Surya Paloh tidak menyebut secara jelas pribadi dan golongan mana.
"Maka, hari-hari ini kita melihat betapa banyaknya upaya membawa negara dan aparat dan aparaturnya melayani pribadi dan golongannya," kata Paloh.