News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres 2024

'Gibran Siap Debat Ala Amerika'

Penulis: Reygi Prabowo
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anggota Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Drajad Wibowo saat menjadi narasumber pada sesi wawancara khusus dengan Tribun Network di Studio Tribun Network, Jakarta, Jumat (8/12/2023). Pada kesempatan tersebut Drajat Wibowo mengatakan pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka siap ikuti debat yang diselenggarakan KPU pada 12 Desember mendatang. Tribunnews/Jeprima

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Drajad Wibowo mengatakan Calon Wakil Presidennya sering di-underestimate bahkan disebut sebagai bocil (bocah kecil).

Menurut Drajad, Gibran adalah anak muda yang memiliki kapasitas sebagai calon pemimpin dan itu bisa dibuktikan dalam debat format ala Amerika Serikat sekalipun.

"Waktu debat di Pemilihan Wali Kota kan sudah kelihatan dan juga pernah diwawancara tentu ada isu-isu yang Mas Gibran menguasai dan ada isu-isu yang dia belum memahami wajar ya," katanya saat wawancara eksklusif di Gedung Tribun Network, Palmerah, Jakarta, Jumat (8/12/2023).

Baca juga: Anggota Dewan Pakar TKN Sebut Prabowo Paling Siap Debat Pilpres, Pernah Jalani Tiga Kali

Ekonom senior itu menilai kemampuan Gibran sebagai cawapres tidak bisa diukur hanya dari debat Pilpres.

Apalagi ketika debat itu memiliki ukuran menang dan kalah yang amat tipis.

"Kita lihat sajalah waktu debat Trump sama Hillary kemudian Trump sama Biden. Demokrat bilang Hillary yang menang, Republican bilang Trump yang menang dan akhirnya tipis," tutur Dradjad.

"Pada titik tertentu mungkin debat itu bisa menambah sedikit elektabilitas tapi biasanya pemilih yang masih masih cair itu biasanya enggak terlalu banyak sehingga pengaruh debat itu juga biasanya relatif tipis," imbuhnya.

Namun pada intinya, Drajad memastikan Gibran sangat siap mengikuti debat dalam format apapun yang diselenggarakan resmi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI).

Debat capres-cawapres ini diharapkan mampu meyakinkan masyarakat untuk menentukan pilihan mereka di pemilihan umum Februari 2024.

Tak hanya Indonesia, Amerika Serikat pun juga menggunakan sistem pemerintahan republik dengan asas demokrasi di mana calon presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat dan Partai Republik dipertemukan.

Baca juga: Para Panelis Debat Capres Bakal Dikarantina saat Susun Pertanyaan

Tema yang dibicarakan biasanya adalah tema-tema kontroversial pada saat itu, dan hasil debat ini dapat memengaruhi hasil pemilihan umum.

Setelah masing-masing partai memilih calonnya, mereka biasanya bertemu di sebuah aula di hadapan penonton, dan mengambil giliran menjawab berbagai pertanyaan yang dilontarkan oleh seorang pembawa acara atau penonton.

Di Amerika Serikat, debat dilakukan terpisah antara calon presiden dan calon wakil presiden.

Dua calon presiden akan berdebat sebanyak tiga kali dan dua calon wakil presiden akan berdebat satu kali.

Di Indonesia, lokasi debat calon presiden dan wakil presiden berlangsung di luar lingkungan lembaga pendidikan.

Sementara di Amerika Serikat, debat capres-cawapres kerap dilakukan di dalam kampus.

Debat ini juga disiarkan secara langsung oleh radio dan televisi sama halnya dengan debat capres-cawapres di Indonesia.

Simak wawancara Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra dengan Dradjad Wibowo:

Dalam konteks Indonesia debat capres ala Amerika Serikat cocok tidak?

Kalau debat di Amerika itu kan lebih banyak shownya daripada substansinya dan kita lihat Donald Trump sendiri nggak mau ikutan. Jadi saya rasa enggak semua yang ada di Amerika itu perlu kita adopsi di sini sehingga kita tentu bisa mencari apa yang terbaik yang lebih bermanfaat bagi masyarakat.

Kita perlu masyarakat tahu kebijakan dari masing-masing paslon itu apa pandangannya posisinya terhadap setiap isu apa. Saya rasa kita sebagai bangsa kita punya identitas sendiri gitu dan itu tentu bukan hanya ngecap tentu tapi harus tercermin di dalam seluruh sendi kehidupan.

Debat ini kan satu tools untuk menyampaikan gagasan betul menurut Mas Dradjad sendiri yang pas untuk konteks Indonesia debat bagaimana?

Masyarakat itu komentarnya negatif terhadap apa debat kusir kita itu terlihat di masyarakat selalu negatif apa negatif. Ya itu kan menunjukkan bahwa masyarakat kita memang enggak suka.

Kalau di Amerika kan saling timpal sedangkan tokoh-tokoh publik kita tentu kan punya kewajiban untuk bisa melayani apa sih yang diinginkan masyarakat sebenarnya.

Menurut Anda dan TIm Kampanye Nasional Prabowo-Gibran kalau 'saur manuk' gitu masyarakat enggak suka adan substansi menjadi hilang begitu ya?

Bude-bude dan ibu-ibu itu kan memang tidak suka saur manuk ngomong opo kowe katanya kan.

Sering kali Mas Gribran dipersepsikan atau distigma enggak bisa ngomong, istilahnya dia tidak punya kemampuan untuk menyampaikan gagasan dan narasi benar kah seperti itu?

Itu plintiran dan maaf kalau saya katakan cukup sadislah terhadap Mas Gibran. Tapi saya salut sama dia, saya rasa teman-teman kan banyak tuh yang di medsos kalau saya memang enggak bermedsos ria.

Tapi banyak di medsos kalau dibully itu kan jadi suntuk, ngamuk, Mas Gibran itu tenang-tenang saja terus juga senyum-senyum saja, tenang-tenang saja. Jadi saya cukup salut dengan itu.

Ya kemudian kalau masalah debat ya seorang pemimpin itu enggak diukur hanya dari debatnya saja. Dia harus bisa menyampaikan gagasan dan saya yakin Mas Gibran itu bisa namun belum kelihatan.

Waktu debat di Pemilihan Wali Kota kan sudah kelihatan dan juga pernah diwawancara tentu ada isu-isu yang Mas Gibran menguasai dan ada isu-isu yang dia belum memahami wajar ya.

Profesor sehebat apapun dia mungkin jago di satu bidang tempat lain belum tentu. Soal Ekonomi ya Insyaallah lumayan paham tapi kalau disuruh baca ayat-ayat hadist saya juga kelabakan, artinya setiap orang punya kelebihan masing-masin.

Saya rasa Mas Gibran ini terlalu banyak di underestimate malah disebut bocil apa segala macam tapi kita lihat saja. Dia kalau di lapangan itu masyarakat luar biasa antusiasnya untuk menyambut Mas Gibran.

Apa betul selama ini untuk menyambut debat tanggal 12 Desember itu Mas Gibran itu latihan terus saya mendengar informasi latihan terus setiap hari?

Enggak dia kan harus keliling ke mana-mana dan juga cutinya tidak full, masih banyak menjalankan tugas. Kalau dia diskusi dengan berbagai pihak itu ya wajar lah tentang isu-isu yang dia merasa belum menguasai untuk minta feedback.

Debat itu terlalu digedein dan biasanya mereka yang tertinggal di dalam survei itu memang mengandalkan debat untuk menaikkan tingkat elektabilitasnya.Tapi itu belum tentu efektif gitu.

Apalagi ketika debat ukuran menang dan kalah debat itu tipis. Kita lihat sajalah waktu debat Trump sama Hillary kemudian Trump sama Biden. Demokrat bilang Hillary yang menang, Republican bilang Trump yang menang dan akhirnya tipis.

Pada titik tertentu mungkin debat itu bisa menambah sedikit elektabilitas tapi biasanya pemilih yang masih masih cair itu biasanya enggak terlalu banyak sehingga pengaruh debat itu juga biasanya relatif tipis.

Mas Dradjad benarkah pendapat atau omongan orang di luar bahwa sebenarnya Mas Gibran dan Pak Jokowi itu tidak menghendaki adanya debat ala Amerika seperti yang kita lakukan di tahun 2019?

Pak Jokowi sudah menjalani dua kali loh Pilpres 2014-2019. Jadi itu plintiran dan fitnah lah mungkin itu saja jawaban saya.

Kalau Mas Gibran sendiri sebenarnya oke saja terkait dengan format debat atau bagaimana?

Dia sudah melakukan detail waktu dan kita juga oke-oke saja sebenarnya ketika apa namanya tim kami masuk di ruang rapat KPU itu tanggal 29 November itu kita enggak misi apa-apa mengalir saja.

Tidak ada pesan tertentu yang datang ke sana kan tim dewan pakar. Dari tim Prabowo ada namanya Pak Prasetyo tapi yang jadi apa jadi juru bicara di situ Ketua Dewan Pakar Pak Burhan. Jadi kita pendekatannya pada saat itu teknokrat sekali bukan pendekatan politik.

Konsep apa yang ditawarkan oleh Pak Burhan pada waktu pertemuan di KPU saat itu?

Oke saya apa kronologi sedikit saja ya jadi pada rapat tanggal 29 November itu kalau enggak salah mulai jam 2. Saya sendiri enggak ikut karena saya ditugaskan mewakili TKN di acara Indonesian Ekonomic Forum di Habibie Center waktu itu.

Di situ tim kami ada enam orang dipimpin oleh Pak Burhanudin Abdullah setelah dibuka oleh Ketua KPU kemudian KPU menyampaikan paparan lalu pasangan nomor 1 diberi kesempatan untuk memberi masukan.

Banyak masukannya tapi salah satu yang kita catat ya notulen kami itu adalah mereka mengatakan kira-kira bunyinya dalam setiap sesi debat itu sebaiknya pasangan capres dan cawapres hadir porsi bicaranya diserahkan ke KPU.

Artinya capres dan capres di situ enggak cuma berdiri saja gitu loh. Ikut bicara tapi porsinya waktu diserahkan ke KPU. Ketika giliran Pak Burhan, dia menyampaikan setuju debat diadakan di Jakarta karena KPU mengusulkan untuk di Jakarta.

Kami menyetujui usulan paslon 01 jadi Pak Burhan merespons saja usulan. Dan juga menyampaikan apakah saur-manuk itu perlu lama karena kan substansi kebijakannya ini kan banyak apa tidak dikurangi ya kalau mau dihilangkan syukur-syukur.

Itu usulan yang sifatnya teknokratis, Pak Burhan ini kan mantan Gubernur Bank Indonesia, dan pernah Menko. Setelah isu selesai, sedangkan pasangan 03 menginginkan agar formatnya tetap seperti Pilpres 2019.

Kemudian diskusi pada saat penutupan tim dari 01 mengulangi lagi usulannya tadi itu diulangi artinya kan berarti ada misi dong kalau diulangi ya toh kami enggak mengulangi apa-apa gitu.

Dengan kronologi yang saya sampaikan tadi fakta dan kemudian diakui juga oleh kosong satuan mereka membutuhkan supaya hadir bersama-sama artinya narasi fitnah segala macam yang mengatakan bahwa format debat KPU diintervensi oleh Presiden Jokowi untuk menguntungkan Gibran sudah terbukti salah.

Makanya di salah satu acara saya sampaikan daripada kita buang waktu berdebat tentang format debat kemudian juga akhirnya pelintiran enggak karu-karuan. Kita kembali saja ke 2019 kalau memang semua pasangan sudah siap kita kembali ke format 2019 selesai.

Buat 02 tidak ada masalah ya dengan format debat 2019?

Enggak ada masalah Mas Gibran siap dan Pak Prabowo sangat siap. Jadi enggak ada masalah. (Tribun Network/Reynas Abdila)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini