Prabowo menggunakan istilah itu saat menjawab pertanyaan Anies.
Dalam debat itu, Anies menanyakan perasaan Prabowo perihal putusan MK soal syarat pencalonan presiden-wakil presiden bermasalah secara etik.
Atas pertanyaan itu, Prabowo mengatakan telah berdiskusi dengan tim dan pakar hukum yang ada di timnya. Mereka memberi masukan bahwa dari segi hukum tidak ada masalah. ”Yang dianggap pelanggaran etika sudah diambil tindakan dan keputusan. Dan tindakan itu sampai sekarang masih diperdebatkan. Tapi intinya, keputusan final dan saya laksanakan,” ujarnya.
”Kita ini bukan anak kecil, Mas Anies, Anda juga paham. Sekarang begini, intinya rakyat yang memutuskan, rakyat yang menilai, kalau gak suka dengan Prabowo-Gibran, ya gak usah pilih kami," ujarnya.
6. Mas Anies... Mas Anies.....
Prabowo menanggapi pernyataan Anies mengenai demokrasi di Indonesia.
Dia menilai pandangan Anies terlalu berlebihan.
"Mas Anies.. Mas Anies,....Saya berpendapat Mas Anies ini agak berlebihan. Mas Anies mengeluh tentang Demokrasi ini dan itu dan ini Mas Anies di pilih jadi Gubernur DKI menghadapi pemeritnah yang berkuasa. Saya yang musuh bapak kalo Demokrasi kita tidak berjalan, tidak mungkin anda jadi Gubernur," ungkap Prabowo dalam debat itu.
Penggunaan Diksi
Harian Kompas menulis soal penggunaan diksi dalam debat capres perdana itu.
Dijelaskan bahwa dari tiga sesi awal, dengan tidak menghitung kata keterangan dan kata sambung serta kata ganti, maka kata hukum menjadi yang paling banyak disebut oleh Anies, yakni 20 kali. Berikutnya, kata negara muncul sebanyak 19 kali, politik sebanyak 12 kali, dan kekuasaan 10 kali.
Hal ini menunjukkan Anies yang fokus dengan tema besar yang diusung dalam debat.
Sementara untuk menekankan kata kunci keadilan sebagai semangatnya dalam visi dan misi, Anies menyebut kekerasan (9), keadilan (8), rakyat (8), dan oposisi (8). Secara total Anies melontarkan 1.618 kata di tiga sesi ini.
Dengan model perhitungan yang sama, Prabowo mengeluarkan total 1.005 kata dalam tiga sesi awal.