News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres 2024

Strateginya Kerap Dikaitkan Prabowo, Bagaimana Bongbong Gunakan Tiktok Menangkan Pilpres Filipina?

Penulis: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ada yang menyebut gaya kampanye Prabowo Subianto mirip dengan Presiden Filipina, Ferdinand Bongbong Romualdez Marcos Jr yang memenangkan Pilpres di negara itu pada tahun 2022 lalu.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Elektabilitas Prabowo dan Gibran Rakabuming terus menanjak, meninggalkan dua pasangan pesaing mereka.

Dalam survei terbaru yang dirilis Indikator Politik Indonesia Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, unggul dengan angka 46,7 persen.

Bagi sebagian pihak, tren positif paslon nomor urut 2 ini terbilang "unik" lantaran banyak dihujani kritik isu politik dinasti, yang dikaitkan keberhasilan Gibran menjadi cawapres karena "campur tangan" Mahkamah Konstitusi.

Ada yang menyebut gaya kampanye Prabowo Subianto mirip dengan Presiden Filipina, Ferdinand "Bongbong" Romualdez Marcos Jr yang memenangkan Pilpres di negara itu pada tahun 2022 lalu.

Seperti diketahui, joget gemoy Prabowo menjadi fenomena politik saat ini.

Fenomena 'gemoy' yang menjadi brand politik Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka ini dinilai mirip dengan yang terjadi di Pemilu Filipina 2022 lalu.

Misalnya, dalam sebuah acara bertajuk “Unity Concert” yang digelar di St. Vincent Ferrer Prayer, Bongbong menutup masa kampanye dengan berjoget di atas panggung.

Aksi itu kemudian diviralkan di media sosial Tiktok

“Model-model kampanye yang mirip-mirip dengan kasus di Filipina. Bongbong Marcos yang anaknya Ferdinand Marcos, otoritarian semacam Orde Baru dulu, bisa come back karena memanipulasi," Juru Bicara Timnas Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, Surya Tjandra, beberapa waktu lalu.

Sebagai informasi, Bongbong Marcos adalah Presiden Filipina yang mulai menjabat sejak 30 Juni 2022.

Dia adalah putra dari Presiden Filipina Ferdinand E. Marcos yang digulingkan dari kekuasaannya melalui people power pada 1986.

Bongbong dan timnya mengemas informasi baru yang menyebut rezim Marcos Sr yang terkenal korup dan penuh pelanggaran HAM sebagai zaman keemasan Filipina.

Sehingga, dengan memilih Bongbong, maka masa tersebut akan terulang kembali.

Banyak pihak di Indonesia yang menduga hal itu juga yang akan "dijual" Prabowo lantaran pemilih Indonesia yang didominasi Gen Z belum lahir ketika tumbangnya Era Orde Baru

Berikut ini bagaimana Bongbong berhasil membalikkan situasi politik dan memenangkan Pilpres di Filipina 2022 silam.

Dikutip dari Kompas, Kemenangan Ferdinand “Bongbong” Marcos Jr, dalam pemilu presiden 9 Mei lalu di Filipina menarik perhatian, sekaligus meninggalkan setumpuk pertanyaan bagi banyak orang. 

Setelah hampir 40 tahun setelah jatuhnya diktator Ferdinand Marcos Sr, kini Filipina seperti menulis sejarah baru.

Apakah rakyat Filipina sudah memaafkan (mengampuni) “dosa-dosa” ayahnya, Ferdinand Marcos Sr?

Sekadar informasi, Marcos yang menggenggam kekuasaan Filipina selama 21 tahun (1965-1986) dikenal sebagai diktator kejam, brutal, dan karena kekayaan haram besar yang dikumpulkan oleh keluarga Marcos dan kroni-kroninya.

Daya tarik video di TikTok, dan banyak video serupa lainnya, bisa menjelaskan mengapa Bongbong Marcos.

Dalam video-video yang beredar itu, Bongbong menunjukkan bahwa kekayaan besar keluarga Marcos bukan berasal dari penjarahan kas negara Filipina, namun dari pendapatan sebagai pengacara.

Video lain menegaskan bahwa Marcos adalah “presiden terbaik di dunia” selama ia menjabat.

Secara keseluruhan, kisah-kisah tersebut memberikan wawasan tentang bagaimana Bongbong Marcos mampu memanfaatkan media sosial untuk menulis ulang sejarah pemerintahan ayahnya di Filipina.

Selain, generasi muda itu tidak mengetahui apalagi mengalami zaman Marcos, mereka sekarang hidup di zaman media sosial.

Media sosial memainkan peran sangat penting dan pengaruhnya pun sangat besar.

Para propagandis Bongbong Marcos Jr menggunakan media sosial untuk membersihkan sejarah, tujuannya untuk memberikan “penghargaan baru” terhadap Marcos Sr (Kyodo News, 8 Maret 2022).

Kampanye tersebut dimulai setidaknya satu dekade yang lalu. Mereka mengedit ratusan video lalu diunggah ke Youtube, yang kemudian diposting ulang di halaman Facebook.

Ini meyakinkan jutaan orang Filipina bahwa fitnah terhadap keluarga Marcos setelah kejatuhan mereka tidak adil, bahwa kisah-kisah keserakahan yang tak tertandingi itu tidak benar.

Meskipun Facebook tetap menjadi platform media sosial yang dominan di Filipina, TikTok dengan cepat menjadi sumber yang banyak digunakan untuk berbagi berita dan pandangan politik di negara berpenduduk 110 juta jiwa di Asia Tenggara.

Perusahaan media sosial milik Tiongkok ini adalah perusahaan swasta, sehingga data penggunanya sulit diverifikasi, namun laporan dari DataReportal, agregator data independen mengenai tren digital di seluruh dunia, menemukan bahwa hingga 36 juta orang Filipina menggunakan aplikasi tersebut.

Filipina juga merupakan negara teratas di mana responden mengakui bahwa mereka mengikuti influencer media sosial.

Rata-rata di tingkat global hanya 22,1 persen menggunakan influencer sebagai sumber informasi utama, sementara di Filipina 51,7 persen responden, bahkan tentang politik dan pemilu.

Ketergantungan pada influencer ini mengungkapkan bahwa orang Filipina lebih menghargai kepribadian dan individu daripada institusi yang sah seperti media, akademisi, dan bahkan organisasi masyarakat sipil sebagai perantara media sosial mereka.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini