News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pemilu 2024

Sebut Pemilu 2024 Spesial, Pakar Hukum Tata Negara Minta Masyarakat Lebih Aktif Ikut Mengawasi

Penulis: Ibriza Fasti Ifhami
Editor: Wahyu Aji
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pakar Hukum Tata Negara Bivitri Susanti, dalam konferensi pers peluncuran situs pelaporan kecurangan pemilu 'akar Hukum Tata Negara Bivitri Susanti, dalam konferensi pers peluncuran situs pelaporan kecurangan pemilu 'jagapemilu.com', di Kuningan, Jakarta Selatan, pada Jumat (5/1/2024). (Ibriza)', di Kuningan, Jakarta Selatan, pada Jumat (5/1/2024).

Laporan Wartawan Tribunnews, Ibriza Fasti Ifhami

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pakar Hukum Tata Negara Bivitri Susanti menilai, Pemilu 2024 spesial. 

Hal itu, kata Bivitri, ditandai dengan tiga hal.

Pertama, ia menyinggung soal upaya Presiden Joko Widodo (Jokowi) selaku petahana mempertahankan kekuasaannya, dengan memajukan sang putra, Gibran Rakabuming Raka di Pilpres 2024.

"Ini adalah pemilu terutama pilpres yang sebenarnya mempertaruhkan jabatan petahana, tapi secara terselubung. Karena tentu saja petahanannya secara konstitusional tidak bisa maju lagi, maka anaknya yang maju," kata Bivitri, dalam konferensi pers peluncuran situs pelaporan kecurangan pemilu 'jagapemilu.com', di Kuningan, Jakarta Selatan, pada Jumat (5/1/2024).

"Padahal secara teoritis, secara praktis, secara pengalaman, kalau petahana berkompetisi selalu akan ada kecenderungan pemihakan," sambungnya.

Terkait konteks tersebut, Bivitri kemudian menyoroti sejumlah peristiwa-peristiwa diduga merupakan praktik kecurangan pemilu.

Ia menilai, saat ini sudah terjadi hal-hal yang melanggat prinsip pemilu, jujur dan adil (jurdil).

"Yang paling baru soal ASN, Satpol PP, belum lagi soal baliho yang di Batam, soal pembagian susu, banyak, banyak. Jadi ini sudah dimulai ketidakjurdilan ini sudah dimulai," jelasnya.

Kemudian, Bivitri juga menyinggung, pemerintahan Joko Widodo yang sudah berjalan 10 tahun, menghasilkan persoalan-persoalan terkait penegakan hukum.

"Baik dari aspek hukum, hukumnya saya sudah banyak berbicara bagaimana politisasi judicialism itu dilaksanakan, belum lagi KPK-nya, pembunuhan Mahkamah Konstitusinya, dan juga pelemahan DPR," ucapnya.

"Jadi artinya kekuasaan sudah represif sekarang, lagi lucu-lucunya ketimbang pemerintahan-pemerintahn yang lalu setelah kita reformasi ya, ukurannya itu."

Terakhir, Bivitri menyoroti, situasi komunikasi saat ini yang sudah berubah. 

"Di satu sisi baik, satu sisi buruk. Buruknya kita udah tahu semua, hoaks dan sebagainya," jelas Bivitri.

Oleh karena itu, Bivitri menilai, hal-hal tersebut penting untuk menjadi alarm, bahwa masyarakat harus semakin aktif mengawasi jalannya Pemilu 2024.

Baca juga: Hindari Potensi Kecurangan, Masyarakat Diajak Pantau Pemilu Lewat JagaPemilu

"Ini menjadi alarm. Karena alarm itulah menurut saya, kita harus lebih aktif untuk menjaga pemilu ini, supaya jurdil. Jadi, menurut saya, ada tugas kewargaan kita untuk mengawasi pemilu, karena spesialnya itu tadi," tuturnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini