TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komaruddin memandang calon presiden (capres) hanya memberikan janji manis dalam forum yang digelar Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.
Menurutnya, ketiga capres memaparkan program visi misinya dan masih bersifat normatif.
Ujang menuturkan di masa kampanye para capres menebar janji sah-sah saja menyesuaikan kelompok yang dihadapi.
"Semuanya berbasis pada siapa yang dihadapi kalau pengusaha Kadin visi misi disesuaikan. Kalau yang dihadapi guru ataupun petani berbeda lagi kepentingan visi misinya," katanya kepada Tribun Network, Sabtu (13/1/2024).
Baca juga: Kadin Ungkap Jumlah Petani Berkurang 1,7 Juta Jiwa, Ganjar Janjikan Modernisasi Pertanian
Ujang mengatakan janji-janji capres tersebut bertujuan untuk sekadar mengambil simpati pengusaha.
Menarik suara dari kelompok anggota Kadin, imbuh dia, cukup signifikan soal realisasi lihat nanti.
Sebaliknya, kalangan pengusaha juga berharap memiliki kedekatan dengan penguasa demi kelancaran bisnisnya.
"Kalau pengusaha itu kan cenderung ingin usahanya lancar, ingin nempel kepada kekuasaan, lalu buruh tidak banyak protes. Lalu mendapatkan untung banyak," ungkapnya.
Dosen Universitas Al-Azhar itu menyampaikan bahwa wajar apabila para capres sebatas membicarakan hal-hal yang menguntungkan bagi pengusaha.
Para capres dinilainya enggan berbicara masalah utang negara yang angkanya mencapai Rp8 ribu triliun lebih.
"Saya melihat mengapa tidak para capres tidak berbicara utang, mungkin karena masalah tersebut sensitif dan membahas itu menjadi sesuai yang alergi bagi capres ataupun bagi pengusaha," urai Ujang.
Ketua Umum Kadin DKI Jakarta Diana Dewi menyebut kalangan pengusaha berharap calon presiden yang terpilih nanti dapat memperhatikan isu pembangunan di daerah.
Dia mengatakan kebijakan di daerah sering kali berbeda dengan kebijakan di pemerintah pusat.
Hal tersebut dinilai dapat menyebabkan kesenjangan, lantaran pembangunan yang tidak merata antara pusat dan daerah.
“Kami selalu mendapatkan kebijakan di daerah yang terkadang berbeda dengan kebijakan pusat," ujar Diana.
Karena itu, diharapkan pemerintah pusat betul-betul memperhatikan kebijakan di daerah.
Ia mencontohkan, pembangunan di DKI Jakarta yang lebih pesat dibandingkan dengan pembangunan di daerah.
"Pembangunan di DKI Jakarta yang mampu membuat pelaku usaha memiliki daya saing global dan talenta unggul juga perlu diimplementasikan pada pembangunan di daerah," tutur Diana.
Ia menyampaikan, dunia usaha di daerah juga dapat turut mendorong pembangunan Visi Indonesia Emas 2045.
Dengan begitu diharapkan juga agar para capres memperhatikan pembangunan kota sebagai penyokong pertumbuhan ekonomi.
"Jadi, visi pembangunan dengan sudut pandang pemerataan di kota dan kabupaten harus digarisbawahi," kata Diana.
Diketahui, Kadin Indonesia berkolaborasi dengan Kadin DKI Jakarta memfasilitasi dialog bersama calon presiden (capres) yang berfokus pada pembahasan Visi Indonesia Emas 2045.
Kadin menyoroti tantangan perekonomian dari dalam dan luar negeri yang berpotensi memengaruhi target pertumbuhan perekonomian, termasuk pencapaian visi Indonesia Emas 2045.
Sehingga visi, misi, maupun program ekonomi yang ditawarkan para capres diharapkan oleh dunia usaha dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi pertumbuhan bisnis serta sejalan dengan Visi Indonesia Emas 2045.
1. Anies Baswedan
Calon Presiden nomor urut 01 Anies Baswedan, menyampaikan visinya untuk membangun ekonomi yang berkualitas, yakni dengan pemerataan dan berkelanjutan.
Hal itu disampaikannya saat menjadi narasumber pada acara Dialog Capres Bersama Kadin Menuju Indonesia Emas 2045 di Djakarta Theater, Kamis (11/1/2024) malam.
"Kita menginginkan ada kesetaraan kesempatan, kesetaraan untuk bisa tumbuh. Pertumbuhan yg diiring pemerataan dan keberlanjutan," kata mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
"Kenapa harus merata? Karena kita ingin membangun Indonesia. Kenapa harus berkelanjutan? Karena kita ingin Indonesia bisa terus digunakan oleh anak cucu kita," lanjutnya.
Sebab itu, Anies mencanangkan program Satu Perekonomian.
Dalam program itu, ada dua langkah yang dilakukan untuk mewujudkan program tersebut.
Pertama, menghadirkan iklim usaha yang kondusif. Agar hal ini terjadi, Anies berjanji akan membenahi tiga hal.
Tiga hal itu diantaranya kepastian hukum, kepastian rencana jangka panjang, dan penyederhanaan perizinan.
Kemudian, langkah kedua untuk mewujudkan Satu Perekonomian adalah menurunkan biaya hidup dan menciptakan lapangan kerja.
"Saya bertemu dengan banyak orang di berbagai daerah. Mereka menyebut biaya hidup dan biaya produksi yang mahal," ujar Anies.
Untuk memperbaiki masalah tersebut, Anies berencana akan memperbaiki tata kelola pangan. Serta, mengembangkan 40 kota supaya pusat-pusat perekonomian bertambah.
Melalui Satu Perekonomian, Anies berharap ekonomi tumbuh merata, lapangan kerja terbuka, logistik murah, kepastian hukum dan birokrasi tidak berbelit, serta Indeks Pembangunan Manusia (IPM) naik.
2. Prabowo Subianto
Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto mengatakan, hilirisasi merupakan hal mendasar yang harus dilakukan untuk menciptakan nilai tambah industri lokal.
"Kita harus mulai dari dasar dan itu kuncinya adalah hilirisasi. Kami sudah punya peta, rencana yang kita sebut pohon industri," kata Prabowo yang mengenakan kemeja safari putih.
Ketua Umum Partai Gerindra ini meyakini hilirisasi 21 komoditas dapat dimanfaatkan oleh bangsa untuk mendorong perekonomian mulai dari mineral, tanaman hingga sumber dari laut.
Menurutnya, hilirisasi sudah terbukti efektif bahwa telah dirancang bersama para pakar.
Tak hanya itu, Prabowo menegaskan para pakar bahkan sudah menghitung dampak dari hilirisasi
Mantan Danjen Kopassus menyebut kalau apa yang disampaikannya itu bukan sekadar omong kosong, dan akan dibuktikan.
"Saya sudah hitung saya dibantu tim pakar-pakar yang hebat. Yang hitung mereka, saya hanya hafal, saya hanya ngomong Tapi bukan omon-omon kosong," beber dia.
Dia menyatakan, sudah beberapa kali melakukan diskusi dengan tim pakar soal rencana melakukan hilirisasi sektor bauksit.
Perencanaan itu penting kata dia, agar Indonesia tidak hanya mengirim produk mentah, melainkan juga yang sudah bisa dipakai, agar harga jual semakin tinggi.
"Data aku bener karena saya tuh tiap 3 kali seminggu mungkin ya, saya panggil tim pakar. Saya brainstorming sama mereka. Sampai kepalanya botak semua itu," kelakar Prabowo.
Bukn cuma bauksit, komoditas lainnya yang juga potensial yakni mineral sampai bahan-bahan tanaman, laut untuk membangun dasar dari semua.
“Jadi hilirisasi artinya semua sumber alam kita harus diolah di Indonesia," ujar dia.
Prabowo mengungkapkan butuh biaya lebih kurang 545 miliar dolar AS untuk mengembangkan hilirisasi 21 komoditas di Indonesia.
Namun hasilnya akan menciptakan nilai tambah industri termasuk farmasi dan obat-obatan.
"Ini sudah kita petakan kita butuh kurang lebih invest 545 miliar dolar untuk 21 komoditas. Kita buat pohon industrinya di mana nilai tambahnya akan naik berpuluh kali termasuk industri farmasi dan obat-obatan," jelas dia.
Indonesia bisa melakukan hilirisasi sektor bauksit hingga menjadi barang siap pakai dan diekspor ke luar negeri, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa meningkat dua digit.
"Di pohon industri bauksit kita bisa lihat coba berapa turunannya berapa industri yang bisa hidup. Dengan hilirisasi, saya kok optimis ya pertumbuhan ekonomi kita jangan-jangan nanti bisa dua digit," kata Prabowo.
Dalam dialog capres itu, Prabowo merasa waktu yang disediakan terlalu singkat sehingga tidak cukup untuk memaparkan program-programnya terutama soal pertanian.
Dia pun mengajak para anggota Kadin Indonesia untuk diskusi dengannya secara eksklusif di kediamannya di Hambalang, Bogor, Jawa Barat.
"Sebetulnya moderator ini bicara soal pertanian ini gak bisa hanya 2 menit," ujarnya.
Atas hal itu, Prabowo mengundang balik Kadin, untuk dapat diskusi di kediamannya.
Di Hambalang, Prabowo bersedia menyediakan waktu lima jam untuk bisa berdiskusi dengan Kadin membicarakan persoalan pertanian Indonesia.
"Anda undang saya sekarang, saya undang anda khusus kita diskusi 5 jam di Hambalang, 5 jam, 2 menit kumaha atuh," ucap Prabowo disambut tepuk tangan anggota Kadin yang hadir.
3. Ganjar Pranowo
Calon presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo menyatakan, akan mendorong perkembangan ekonomi kreatif Indonesia agar bisa menembus pasar dunia.
Pernyataan itu disampaikan Ganjar, dalam dialog capres bersama Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dengan tema Menuju Indonesia Emas 2045.
Mulanya, Ganjar mendapatkan pertanyaan dari Ketua Bidang Industri Produsen Peralatan Olahraga Kadin, Ratu Tisha Destria perihal sektor atau produk apa yang akan dikembangkan.
Menjawab pertanyaan itu, Ganjar dengan tegas menyebut, sektor ekonomi kreatif.
"Saya mau jawab dulu, ekonomi kreatif," kata Ganjar dalam jawabannya.
Jawaban itu dinilai tepat oleh Ganjar, karena menurut dia, ke depan industri ekonomi kreatif akan menjadi salah satu sektor yang bisa menangani tantangan bangsa di lingkup perekonomian.
Lebih lanjut, mantan Gubernur Jawa Tengah itu meyakini kalau anak muda Indonesia memilih potensi terhadap industri kreatif.
"Sehingga kemudian mereka (anak muda Indonesia) berharap, ekonomi kreatif inilah kalau kita bicara agar ekonomi hijau berjalan, alam tidak rusak karena eksploitasi," ujar dia.
Sebagai sarana pendukung, Ganjar menegaskan perlunya akses internet yang memadai serta gratis.
Ketersediaan internet ini menurut Ganjar, akan menjadi salah satu sarana yang akan diupayakan jika dirinya terpilih dalam pilpres 2024.
"Maka saya bilang bikin internet gratis untuk mereka, berbasis dari itu dan mereka punya knowledge yang bagus," nilai Ganjar.
Dengan begitu kata Ganjar, strategi untuk mengedepankan ekonomi kreatif akan lebih memiliki dampak yang menguntungkan bagi Indonesia.
Sebab menurut dia, negara tidak terus-terusan mengeksploitasi sumber daya alam (SDA) yang justru bisa merusak kondisi perekonomian tanah air.
"Kalau itu terjadi (industri ekonomi kreatif mendunia), maka sebenarnya ini alternatif ekonomi ke depan. Maka kalau kita punya sumber daya alam, simpan dulu. Simpan dulu. Karena kita akan berpikir sangat panjang," tukas dia. (Tribun Network/Reynas Abdila)