Budi mengklaim bahwa proyek food estate di tempat itu akan panen sekitar 8 hektar jagung dan 5 hektar singkong.
Ia juga membantah penanaman singkong untuk menutup kegagalan penanaman jagung.
"Per hari ini sudah tertanam dan sudah akan panen sekitar 8 Ha jagung dan juga 5 Ha singkong."
"Beberapa waktu lalu ada narasi juga yang menyebutkan bahwa ini adalah lahan yang gagal ini sekarang ditanamkan jagung untuk menutupkan kegagalan singkong, tidak," katanya.
Budi mengatakan, dari hasil panen itu juga telah menghasilkan 20 ton per hektar singkong dan 6 ton per hektar jagung. Dengan asumsi, adanya 15 persen kadar air.
"Di mana perkiraan produktivitas lahannya atau hasilnya adalah singkong 20 ton per hektare dan jagung sekitar 6 ton per hektare dengan asumsi 15 persen kadar air yang tercantum," katanya.
Meski demikian, Politikus Partai Gerindra itu tak menampik, butuh waktu yang lama untuk melihat hasilnya secara utuh.
Sebab, kata Budi, pemerintah harus mencari formula yang tepat untuk bercocok tanam di masing-masing daerah.
"Memang rencananya proses ini memang memakan waktu karena emang perlu dievaluasi tanah geologis yang ada di Gunung Mas tersebut. Di mana setelah evaluasi beberapa waktu baru ditemukan formula-formula yang tepat," katanya.
Menurut Budi, masyarakat desa di sekitar Gunung Mas juga menyambut antusias proyek food estate di sana.
Sebab, proyek food estate turut melibatkan masyarakat desa sekitar.
Istana: Evaluasi dan Perbaikan Terus Berjalan
Istana juga tak setuju jika proyek food estate disebut gagal.
Koordinator Staf Khusus Presiden, Ari Dwipayana mengatakan, implementasi program food estate ini hanya perlu dievaluasi.
"Iya (tidak gagal) tapi dievaluasi terus karena tentu implementasinya ada beberapa hal yang sifatnya kompleks yang perlu dilakukan penyempurnaan," kata Ari di Istana Negara Jakarta, Senin (22/1/2024).