Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Suhajar Diantoro menyinggung perilaku pegawai negeri sipil (PNS) pada masa Pemilu 2024 (Pileg dan Pilpres).
Ia mengungkap, ada tiga kelompok dalam birokrasi. Yakni profesional, avonturir alias mereka yang suka berpetualang, dan wait and see. Kata dia, birokrat profesional punya persentase berbeda-beda bergantung pada penempatannya dan medan magnet politik di tempat kerjanya.
Hal ini disampaikan Suhajar dalam acara Korpri Menyapa bertema ‘ASN Dewasa Berdemokrasi Merajut Persatuan Pasca Pemilu’ yang disiarkan di kanal Youtube Kemendagri RI, Rabu (6/2/2024).
"Birokrasi ini juga kan kita-kita ini terbagi tiga, ada yang ingin jadi birokrasi profesional, ini persentasenya beda-beda. Ada di suatu tempat 10 persen, di tempat lain 60 persen ada," kata Suhajar.
"Tetapi tetap terbagi tiga kelompok. Besar kecilnya tergantung medan magnet politik di tempat," tambahnya.
Adapun pegawai yang masuk kelompok avonturir berdasarkan pengamatannya, punya sikap yang kurang nyaman menjadi PNS. Mereka punya obsesi lain di luar pekerjaannya.
Misalnya saja berpihak atau mendukung peserta pemilu tertentu dan mudah tergoda meski statusnya masih PNS. Menurutnya, situasi ini terjadi bukan cuma di daerah, tapi juga pada tingkatan eselon I.
"Dia punya obsesi untuk masuk ke sebelah, karena itu yang ini ini, ini akan tergoda walaupun dia belum lepas dari pegawai, dia mulai main-main, mulai dukung si A, si B. Ini terjadi di semua lapisan. Bukan hanya di daerah, di eselon I juga terjadi," kata Suhajar.
Baca juga: 2 Caleg dan 3 Timses di Ciamis Jabar Ditangkap Polisi Karena Diduga Pesta Narkoba
Selain itu katanya, ada pegawai yang memihak dengan bermain empat kaki dan bermuka banyak demi memiliki nasib baik pada pemerintahan berikitnya. Suhajar pun menyadari setiap orang punya hak untuk melakukan sesuatu.
"Jadi, ada yang main kakinya cuma dua, dipasang empat juga ada itu, tambah-tambah. Karena pelajaran yang didapat juga pernah dasa muka, 10 muka, apa lagi? Macam-macam. Jadi, Anda silakan menekuni yang mana, kita tak bisa kendalikan karena sebagai manusia Anda punya hak," ucapnya.
Namun, ia mengingatkan para pegawai PNS untuk bersikap jantan dengan mundur dari jabatan jika punya obsesi lain seperti punya keberpihakan terhadap parpol atau calon tertentu.
Sebab, menurutnya pegawai yang masuk dalam kategori avonturir kerap membuat janji politik tak tertulis dengan peserta pemilu. Misalnya, dengan menanyakan apa imbalan jika calon tersebut menang, dan posisi apa yang akan didapat.
"Jadi, sebagian avonturir dan melakukan perjanjian-perjanjian tak tertulis dengan calon-calon. 'Besok kalau bapak menang saya jadi apa, Pak?'. 'Oh iya, pokoknya pilih aja jabatan yang mana'," kata Suhajar.
Menurut Sekjen Kemendagri tersebut, sikap PNS yang demikian justru membuat PNS lain yang bekerja benar menjadi gundah. Sehingga dirinya mempersilakan para pegawai yang punya obsesi lain di luar pekerjaannya sebagai PNS untuk menentukan pilihannya apakah tetap dengan jabatannya atau pindah haluan seperti masuk partai politik.
"Sepanjang sejarah karier, saya sampai, saya bisa jadi Sekjen, saya hanya bersandar pada takdir Allah dan pertolongan orang yang butuhkan pertolongan saya. Yang memang menganggap saya bisa kerja ya dia pakai. Walaupun tertatih-tatih, toh saya sampai juga jadi Sekjen. Jadi anda harus percaya pada pilihan anda," katanya.