Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Massa aksi pendukung dan penolak hak angket saling beroarasi menarasikan soal kecurangan Pemilu di depan Gedung DPR/MPR RI, Jakarta Pusat, Jumat (8/3/2024).
Para orator yang pro hak angket menuding massa aksi penolak hak angket merupakan massa bayaran.
Tribunnews mencoba menanyakan hal tersebut kepada beberapa massa aksi penolak hak angket.
Diketahui, mayoritas massa penolak hak angket rata-rata adalah mahasiswa dan pelajar SMA/SMK
Irham (17) mengatakan dirinya baru pertama kali ikut aksi di depan Gedung DPR RI. Irham berasal dari salah satu SMA swasta di Ciledug, Tangerang.
Saat ditanya apakah dirinya datang aksi ke DPR karena sukarela atau dibayar, Irham menjawab opsi kedua.
"(Dibayar) Rp100 ribu," kata Irham saat ditanya.
Irham mengatakan dirinya tidak tahu siapa yang membayarnya. Dia hanya mengatakan pembayaran dilakukan setelah aksi selesai.
"Ada dari teman-teman," kata Irham.
Sementara itu, Dafa (17) salah satu pelajar SMA swasta dari Jakarta Utara, mengatakan sebaliknya.
Sama seperti Irham, Dafa hadir ke aksi ini pertama kali.
Dia dan kawan-kawannya, termasuk Justin (17), ikut aksi langsung ke DPR RI untuk menyuarakan penolakan terhadap hak angket dan pemakzulan Presiden Joko Widodo.
"Kita sukarela, enggak dibayar," kata Dafa.