Selain saling teriak, bahkan ada yang melemparkan kursi.
"Teriakan-teriakan keras, kasar bersahutan dari luar, ada lemparan kursi juga terjadi di depan," ucap Didik.
Mengetahui kondisi tidak kondusif, rombongan DPC beserta Jekek akhirnya meninggalkan lokasi Kantor PAC dan menerobos massa yang sudah tersulut emosi.
"Akhirnya rapat bubar dan tidak ada keputusan sama sekali," tutur dia.
Baca juga: Bawaslu Jakarta Pusat Panggil Dua Caleg Demokrat yang Dilaporkan Atas Dugaan Politik Uang
Ancam Mundur Massal
Sejumlah pengurus ranting dan anak ranting PDIP Kecamatan Weru, Sukoharjo, Jawa Tengah, mengancam mundur massal jika caleg terpilih yang mereka dukung tidak dilantik menjadi anggota DPRD Sukoharjo.
Pernyataan para kader PDIP tersbeut terdokumentasikan dalam bentuk video dan beredar di media sosial.
Mereka protes karena caleg PDIP Aristya Tiwi Pramudiyatna dari daerah pemilihan (Dapil) 2 meliputi Kecamatan Weru, Kecamatan Tawangsari dan Kecamatan Bulu terancam tak dilantik gara-gara aturan pemerataan wilayah.
Aristya memperoleh 5.330 suara (peringkat 4) dari hasi pleno rekapitulasi penghitungan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sukoharjo.
"Atas nama pengurus ranting dan anak ranting PDI-P Kecamatan Weru menyatakan bahwasannya kami menuntut hak agar saudara Aristya Tiwi dilantik menjadi anggota DPRD Kabupaten Sukoharjo sesuai dengan mekanisme yang berlaku," ucap salah satu orator dalam video itu.
Ketua Ranting PDIP Desa Karangtengah, Kecamatan Weru, Didik Rudyanto membenarkan, beredarnya video tersebut.
Baca juga: Raup 147 Ribu Suara, Meutya Hafid Jadi Satu-satunya Caleg Perempuan Terpilih di Dapil Sumut 1
Penyebab Wacana Mundur Massal
Ancaman mundur massal itu karena Aristya Tiwi akan digantikan caleg lain yang justru suaranya lebih kecil yakni Jaka Triyatno dengan perolehan 3.989 suara atau peringat 5.
"Betul. Memang itu berawal dari caleg terpilih kami Mbak Aristya Tiwi mendapat suara terbanyak keempat di PDI-P. Tapi dari DPC mau diganti bawahnya Jaka Triyatno. Kami sebagai kader partai tidak terima, sebagai warga masyarakat Weru juga tidak terima. Wong suara terbanyak tinggal melantik kok dipermasalahkan," kata Didik seperti dikutip dari TribunJateng.
"Kami di pertemuan itu kalau sampai nanti DPC mengambil langkah tidak melantik (Aristya Tiwi) kami akan mundur massal," sambung Didik.
Didik menyampaikan, DPC harus melaksanakan mekanismes yang ada untuk melantik Aristya Tiwi. Jika di tengah perjalanan nanti mau diganti, kata Didik itu hak partai.