News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pemilu 2024

Hasto Tuding Ada Kekuatan Besar di Belakang KPU: Manuver Rezim yang Ingin Memperpanjang Kekuasaan

Penulis: Rahmat Fajar Nugraha
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP Hasto Kristiyanto di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (9/3/2024).

Laporan Wartawan Tribunnews.com Rahmat W Nugraha 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP Hasto Kristiyanto mengklaim bahwa ada kekuatan besar di belakang Komisi Pemilihan Umum (KPU), mengkecil-kecilkan suara parpol pendukung Ganjar-Mahfud di Pemilu 2024.

"Maka kami bertemu dengan pakar IT tidak hanya terkait dengan KPU. Ada kekuatan besar di belakang KPU yang kemudian menggunakan sirekap untuk merancang suatu desain melalui quick count," kata Hasto kepada awak media di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (9/3/2024).

Baca juga: Hasto Duga Ada Alogaritma Kunci Suara Paslon 03 Maksimal 17 Persen, Mahfud: Tunggu Pembuktiannya

Dikatakan Hasto quick count diintersep bukan hanya pemilihan presiden, tetapi juga pemilihan legislatif.

"Pileg itu misalnya exit poll menunjukkan bagaimana Gerindra setidak-tidaknya nomor 2. Lalu ada suatu upaya untuk mengintersep quick count untuk pemilu legislatif. Sehingga akhirnya partai Gerindra muncul ketiga," lanjutnya.

Baca juga: Jokowi Diisukan Gabung Golkar, Hasto Singgung Permintaan Jabatan Presiden 3 Periode

Kemudian dikatakan Hasto bahwa suara PSI dibesar-besarkan. Sementara partai yang mendukung Ganjar-Mahfud dikecil-kecilkan.

"PDIP, PPP dikecil-kecilkan. Bahkan nanti bisa tercatat. Bahwa pemerintahan rezim ini menghilangkan sejarah partai Ka'bah," kata Hasto.

"Perindo, Hanura dikecil-kecilkan. Siapa yang mendukung Ganjar-Mahfud dikecil-kecilkan, oleh manuver dari rezim yang ingin memperpanjang kekuasaan," tegasnya.

Lanjut Hasto sementara itu masih ada operasi untuk menggelembungkan suara dari PSI di Pemilu 2024.

"Ini bukan suara kami. Tapi suara dari tokoh-tokoh pro demokrasi dan pakar yang mencoba menguapkan kebenaran di dalam politik," tandasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini