TRIBUNNEWS.COM - Partai NasDem menyarankan bakal calon gubernur (bacagub) DKI Jakarta, Anies Baswedan untuk tidak memilih bakal calon wakilnya dari kader internal partai.
Terkait hal itu, pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Zaki Mubarak menilai saran ini merupakan bentuk sindiran kepada Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Pasalnya, PKS memberikan dukungan bersyarat dengan memasang kadernya, Sohibul Iman, untuk menjadi pasangan Anies.
"Pernyataan Nasdem itu bisa saja merupakan sindiran bagi PKS yang sebelumnya telah mengusung Anies, tetapi juga memasang kadernya sebagai cawagubnya, Sohibul Iman," ujar Zaki, Rabu (24/7/2024) dikutip dari Kompas.com.
Menurut Zaki, pernyataan Partai Nasdem memperlihatkan bahwa pihaknya terbuka untuk menerima dukungan parpol lain di Pilkada Jakarta 2024.
"Terutama dari KIM. Sekaligus memoderasi sikap PKS yang ngotot memasang Sohibul Iman."
"(Apalagi) Golkar dan Gerindra telah memberi sinyal siap menempatkan kadernya mendampingi Anies," ucap Zaki.
Zaki menilai, tidak menutup kemungkinan Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh juga akan menawarkan ke Gerindra soal pasangan Anies.
Ini, lanjut Zaki, merupakan bagian dari strategi Partai NasDem.
"Bagi Paloh, Anies telah manjadi kartu sakti untuk barter politik."
"Jika nantinya deal, bisa saja kompensasinya beberapa kursi menteri untuk NasDem. Memang pertimbangannya sangat pragmatis," kata Zaki.
Baca juga: Tak Usung Nama Cawagub, NasDem Sebut Anies Wakili Karakter Partai: Darahnya Sudah Biru
Seperti diketahui, Partai NasDem telah resmi menyatakan dukungannya kepada mantan Gubernur DKI Jakarta itu menuju Pilkada DKI Jakarta 2024.
NasDem pun menjadi parpol kedua yang menyatakan dukungannya kepada Anies Baswedan, setelah PKS.
Keputusan itu disampaikan Surya Paloh melalui Sekjen Partai NasDem, Hermawi Taslim.