Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dinamika Pilkada menjelang pendaftaran calom kepala daerah semakin terasa. Terutama, Pilkada Jakarta yang kini tengah menjadi sorotan serta menjadi barometer pemilu di level nasional.
Koalisi Indonesia Maju (KIM) pun telah menyatakan dukungan untuk memajukan Ridwan Kamil sebagai calon gubernur Jakarta. Kini, KIM Plus semakin kuat setelah kabar PKS bakal memberikan dukungan kepada Ridwan Kamil.
Baca juga: Dharma-Kun Klaim Tak Terlibat Kumpulkan Dukungan KTP Warga Jakarta: Dibantu Relawan
Di sisi lain, Anies Baswedan masih tampak kesulitan mendapat dukungan partai politik (parpol).
Menurut Direktur Riset dan Komunikasi Lembaga Survei KedaiKOPI Ibnu Dwi Cahyo, pertimbangan parpol memberi dukungan dalam pilkada berbeda dengan saat pemilu presiden-wakil presiden (Pilpres) dan pemilu legislatif (Pileg).
Dalam Pilkada keinginan parpol untuk mencalonkan kader masing-masing lebih besar. Apalagi bagi PKS yang memenangkan pileg di Jakarta.
Baca juga: PDIP Tidak Ingin Ada Calon Boneka di Pilkada Jakarta 2024
Sehingga, wajar bila mereka ingin kader sendiri bertarung sebagai calon gubernur atau calon wakil gubernur.
”Kan PKS sudah menawarkan Pak Anies untuk bergabung memakai jaket oranye atau jaket putih khas PKS. Sehingga nanti wakilnya bisa dari partai lain. Saya cukup sepakat dengan pendapatnya Mas Fahri (Hamzah) itu meski tidak mutlak, tetapi (tidak bergabung ke partai politik) jadi salah satu faktor yang membuat Anies sulit untuk mendapatkan tiket maju di pilkada Jakarta,” kata Ibnu kepada wartawan, Minggu (18/8/2024).
Meski berstatus pemenang pemilu di Jakarta, PKS tetap butuh koalisi untuk memastikan kadernya bisa berkontestasi dalam pilkada di Jakarta.
Karena itu, Ibnu menilai sangat masuk akal dan rasional bila PKS akhirnya batal mendukung Anies. Hal ini engingat waktu pendaftaran semakin dekat, namun sampai saat ini belum ada partai lain yang bersedia berkoalisi dengan PKS untuk mengusung pasangan Anies-Sohibul Iman (Aman).
Ibnu menyebut, sangat disayangkan bila PKS tidak mengambil tawaran dari KIM. Sebagai koalisi pemenang dalam Pilpres, KIM juga sudah memiliki RK yang ditugaskan menjadi calon gubernur di Jakarta.
Tidak hanya itu, KIM terbukti solid. Bukan hanya di level parpol, Prabowo Subianto sebagai presiden terpilih dari KIM sudah membuktikan bahwa dirinya siap menerima siapa saja. Termasuk parpol yang tidak mendukungnya dalam pilpres.
”Tawaran yang ditawarkan oleh kubu Pak Prabowo itu lebih realistis. Bahkan langsung ditawari kader PKS jadi cawagub (calon wakil gubernur) RK, siapa yang nggak mau? Itu kalau nggak diambil sayang banget, karena nggak ada tawaran lain," ungkapnya.
"Secara logis pasti diambil karena (PKS) dengan Anies juga belum tentu maju, belum ada partai yang mau koalisi. Itu tawaran yang rasional bagi PKS. Kecuali ada tawaran lain,” terang Ibnu.
Lain dengan Anies yang sejauh ini belum memutuskan masuk parpol, Ibnu menilai bahwa pilihan RK untuk berpartai dengan masuk Partai Golkar sudah tepat. Apalagi Partai Golkar kini menjadi salah satu partai kuat setelah menduduki posisi kedua dalam pileg.
Baca juga: Relawan Anies akan Laporkan Dugaan Pencatutan KTP Warga Dukung Dharma-Kun di Pilkada Jakarta
Kursi partai berlambang pohon beringin ini di DPR juga naik signifikan. Termasuk kursi DPRD di beberapa daerah.
Karena itu, tidak heran bila RK lebih mudah dapat tiket untuk maju dalam Pilkada Jakarta.
”Jadi, pilihan RK untuk bergabung dengan Golkar kemarin itu sudah tepat. Entah dia nanti jadi di Jakarta atau tiba-tiba balik di Jawa Barat, tetapi kan nama dia itu sudah pasti maju. Katakanlah entah di Jakarta atau di Jawa Barat. karena dia kader partai, artinya Partai Golkar punya suara tinggi 102 kursi, RK maju kan membawa nama partai,” jelas Ibnu.