Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kontestasi Pilkada Jakarta 2024 dinilai masih belum memunculkan ide gagasan yang menarik di mata pemilih.
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno mengatakan sampai saat ini, tiga pasangan calon hanya melontarkan narasi yang umum, bukan berani.
Padahal, pemilih di Jakarta adalah pemilih yang rasional secara mayoritas.
Mereka melihat figur pemimpin bukan lagi karena bantuan yang diberikan atau sifat material lainnya.
Tapi bagaimana ide, gagasan yang masuk akal, bisa dipertanggungjawabkan, dan direalisasikan ketika terpilih.
“Di Jakarta ini adalah pemilih-pemilih rasional secara mayoritas. Mereka melihat figur bukan lagi soal kaya misalnya bantuan yang diberikan atau sifatnya material tapi mereka melihat pemimpin yang memberi secara ide, gagasan, bisa sangat layak dipertanggungjawabkan dan bisa direalisasikan ketika mereka menjadi gubernur,” kata Adi dalam tayangan Kompas TV, Senin (16/9/2024).
Adi kemudian mencontohkan bagaimana Anies Baswedan dan Sandiaga Uno pada Pilkada DKI 2017, melontarkan janji berani untuk menyetop reklamasi di utara Jakarta.
Janji berani ini yang menurut Adi, lebih menarik untuk diterima para pemilih di Jakarta ketimbang narasi-narasi umum.
“Misalnya Anies akan menolak reklamasi, itu menurut saya gagasan orisinal bagi calon gubernur penantang, dan Anies dikenal karena dinilai punya komitmen reklamasi tidak dilanjutkan, meski dalam praktiknya pulau reklamasi itu tidak semua ditutup dan masih ada sebagian yang berlanjut,” ucapnya.
Adi pun menyatakan, pemilih di Jakarta yang punya sifat rasional, lebih suka dengan pemimpin yang menunjukan janji politiknya.
Paslon Ridwan Kamil - Suswono, Pramono Anung - Rano Karno, dan Dharma Pongrekun - Kun Wardana disebut harus menyuguhkan kontrak politik kepada warga Jakarta yang punya sifat rasional tersebut.
Contohnya kata Adi, para kontestan bisa melontarkan janji untuk membereskan masalah banjir selama kurun 2 tahun setelah menjabat dengan konsekuensi mundur jika gagal.
Baca juga: Ridwan Kamil Janji Gratiskan Sekolah Swasta di Jakarta, Ini Syaratnya
“Yang ingin saya katakan adalah, pemilih di Jakarta suka dengan pemimpin yang suka menunjukan janji politiknya,” kata Adi.