Paling tidak, sambung Djayadi, RK-Suswono memerlukan sikap Anies netral, supaya elektabilitas mereka tidak turun tajam.
Suara dukungan yang hilang dari kedua paslon, terutama dari paslon RK-Suswono, menurut Djayadi lari kepada kelompok yang tidak memilih (golput) dan kelompok yang ragu-ragu atau tidak menjawab.
Djayadi menyatakan, peta Pilgub Jakarta 2024 untuk sementara paslon RK-Suswono unggul secara elektabilitas, tetapi dukungan atau peta elektabilitas Pilgub Jakarta masih cukup cair karena 60 persen pemilih baru akan menentukan pilihannya menjelang hari-H dan hampir 40 persen pemilih masih mudah berubah pilihannya.
Namun secara elektoral, dukungan Anies Baswedan akan menentukan siapa pemenang kompetisi politik di Jakarta.
“Peta Pilgub Jakarta akan lebih cair lagi apabila Anies Baswedan menyatakan dukungannya kepada paslon Pramono-Anung. Sementara peta kemenangan akan lebih terkunci pada paslon RK-Suswono jika Anies Baswedan mendukung mereka”, tutup Djayadi.
Pilgub Jakarta 2024 tidak diikuti oleh petahana Gubernur Jakarta, Anies Baswedan, karena tidak ada partai yang mencalonkannya.
Data-data hasil survei LSI di Jakarta menunjukkan bahwa sebagai petahana, Anies sebetulnya salah satu calon yang paling kompetitif dan berpeluang menang bila dicalonkan.
Tingkat kepuasan masyarakat terhadapnya cukup tinggi dan banyak warga Jakarta yang menginginkannya kembali sebagai gubernur. Anies diperkirakan memiliki pendukung yang cukup solid di Jakarta.
Baca juga: Polda Metro Jaya Terima Laporan Staf Arsjad Rasjid soal Dugaan Pengeroyokan oleh Umar Kei c.s.
Survei dilakukan LSI kepada sebanyak 1.200 responden yang merupakan pemilih Pilgub Jakarta pada awal September 2024.
Metode yang digunakan adalah _multistage random sampling_ dengan tingkat kesalahan (_margin of error_) lebih kurang 2,9 persen dan tingkat kepercayaan mencapai 95 persen.