"Kalau menurut saya pribadi, inginnya tidak perlu (buzzer). Namun demikian, saya kira ini kan tergantung bagaimana ruang politik yang ada. Kalau semuanya gunakan bagaimana? Tapi saya pribadi, tidak suka menggunakan buzzer. Karena memang (interaksi) itu mestinya berkembang secara organik. Itu lebih baik," kata dia.
"Karena itu benar-benar menunjukkan ruang di mana kita bergerak, siapa yang mendukung, dengan pendapat apa, ada yang tidak mendukung. Itu lebih realistis. Tapi memang dunia kita tidak seperti itu," sambung dia.
Calon Walikota Batu Kris Dayanti juga menyadari masyarakat Indonesia semakin cerdas dalam bermedia sosial. Masyarakat, menurutnya semakin mampu menilai sosok asli tokoh masyarakat melalui media sosial.
Lebih dari itu, menurutnya masyarakat juga menginginkan sosok tokoh masyarakat yang mudah digapai untuk berkomunikasi. Dengan dua hal tersebut menurutnya, hati para pemilih dapat lebih mudah disentuh.
"Selain komunikasi dua arah dan juga genuine dibutuhkan karakter yang asli. Saya yakin itu lebih menyentuh ya. Cukup kita sebagai figur yang memang mudah untuk dijangkau," kata dia.
"Artinya, dengan keadaan kami yang sebenar-benarnya, tidak dibuat-buat, ya okelah kalau Bu KD (Kris Dayanti) ke pasar pakai bulu mata tetap, okelah karena dia artis lah. Misalkan orang begitu. Tapi itu kehidupan nyata. Jadi nggak ada yang harus, saya terus tiba-tiba mencalonkan sebagai Kepala Daerah terus saya menjadi orang lain," sambung dia.
Terkait aktivitas para calon kepala daerh di media sosial, Dirut Bakti Kominfo Fadhilah Mathar mengimbau pentingnya menjaga ruang digital untuk tetap bersih dari disinformasi dan berita bohong.
Ia juga meyakini setiap calon kepala daerah yang turut serta dalam Pilkada Serentak 2024 memiliki komtimen untuk lebih mengutamakan kepentingan masyarakat dibandingkan kepentingan pribadi.
"Mungkin yang perlu kami imbau adalah terkait dengan disinformasi dan hoax. Kita harus berkolaborasi betul-betul menyatakan bahwa ruang digital kita ini adalah ruang digital dengan kampanye positif, bukan negatif," kata dia.
"Karena kalau negatif, itu hanya istilahnya, hanya waktunya bisa mengenai kita sendiri dan itu tentu melukai masyarakat," sambung dia.
Acara tersebut dipandu langsung oleh Corporate Communication Director Kompas Gramedia Glory Oyong dan News Director Tribun Network Febby Mahendra Putra.(Tribun Network/gta/wly)