Hal itu lantaran chamber dibuat kedap suara. Namun menurutnya saat awal kebakaran terjadi ia sempat melihat dari luar jika empat orang yang tewas di dalam chamber itu sempat berdiri dan sudah dalam keadaan terbakar alias gosong.
"Saya lihat mereka sempat berdiri, namun kemudian tidak terlihat lagi karena terhalang asap di dalam," paparnya.
Selain mengakibatkan getaran, kebakaran di dalam tabung yang berisi udara bertekanan tinggi tersebut juga menyebabkan semburan angin kencang keluar dari dalam chamber. Bahkan menurutnya semburan angin tersebut bersuara dan menyebabkan beberapa kaca pecah.
Ia mengaku tidak melihat proses evakuasi keempat korban tewas setelah kebakaran terjadi, lantaran ia dirawat karena kakinya terkena serpihan kaca. Namun menurutnya setelah kejadian, beberapa ambulans silih berganti masuk-keluar rumah sakit.
"Setelah kejadian, rumah sakit sempat ditutup dan saya lihat banyak sekali petugas berseragam POM," paparnya.
Terapi Oksigen yang Ketiga
Andri menuturkan saat kebakaran terjadi Senin kemarin, ia sedang mengantar kerabatnya menjalani terapi oksigen untuk ketiga kalinya. Kerabatnya tersebut dirujuk menjalani terapi oksigen 7-10 kali karena adanya syaraf yang terganggu.
"Diperiksa dulu di rumah sakit di Jakarta Timur, lalu dirujuk kesni," katanya.
Terapi oksigen tersebut harus dilakukan setiap hari. biaya sekali terapi sebesar 300 ribu. Di RS TNI AL Mintohardjo terdapat dua layanan terapi oksigen, yakni VIP yang biayanya Rp 1,5 juta per sekali terapi dan kelas biasa yang tarifnya Rp 300 ribu untuk sekali terapi hiperbarik.
"Biaya tersebut berlaku untuk hari biasa. Karena Sabtu-Minggu harganya lebih mahal," paparnya.
Menurut Andri perbedaan layanan kelas tersebut terdapat pada tabung atau chamber yang digunakan terapi. Untuk yang VIP, chamber ukurannya lebih tinggi dan diisi empat orang. Sementara yang biasa atau reguler selain lebih pendek, chamber diisi 12 orang dalam satu kali terapi. Menurutnya kebakaran yang terjadi Senin lalu terjadi di chamber kelas VIP.
Di RS TNI AL Mintohardjo sendiri dalam satu hari terdapat tiga sesi terapi. Satu sesi terapi lamanya 1,5 hingga 2 jam. Kebakaran terjadi saat sesi terkahir terapi.
"Mulai dari pagi jama 8 an, dan kemarin kebakaran terjadi saat sesi terkahir mau selesai," paparnya.
Saat terapi oksigen dilakukan, kerabatnya yang menjalani terapi dilarang membawa benda-benda logam. Handphone tidak boleh dibawa dan cincin, kalung, serta gelang harus ditanggalkan. Biasanya menurut Andri, waktu dihabiskan kerabatnya dalam menjalani terapi dengan membaca buku atau koran.
"Di dalam paling membaca buku atau koran sambil mengunyah permen," paparnya.