TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Muslim adalah salah satu warga Rawajati, Jakarta Selatan, yang sejak dua hari lalu sudah menempati salah satu unit Rusunawa Marunda. Dia rela pindah karena ingin menata hidupnya agar lebih baik.
"Saya dan keluarga sudah sepakat untuk menata hidup baru di Rusun Marunda. Semoga betah dan meraih kehidupan yang lebih baik," kata Muslim di Blok A-418.
Ia khawatir kalau bertahan di Rawajati tidak mendapatkan unit rusun yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Selain Muslim, keluarga lain yang ikut pindah gelombang pertama adalah keluarga Ir Mulak Sihotang yang menempati Blok C4-206, keluarga Roni Rosmiati di C5-514.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama di Balai Kota, Jakarta Pusat, Kamis (1/9) mengucapkan terima kasih kepada warga yang memahami program pemerintah DKI.
Sejatinya, kata Ahok, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta ingin memberikan fasilitas yang lebih baik kepada warga Rawajati berupa rusun dan kios PD Pasar Jaya kepada mereka yang berdagang sehingga dapat terus menjalankan usahanya.
"Kalau ada warga yang sehari-harinya berdagang, maka otomatis pasti akan dapat kios, kecuali kalau warga yang tidak berdagang," katanya.
Menurut Ahok, fasilitas kios tersebut diberikan selain untuk membantu warga, juga merupakan upaya Pemprov DKI Jakarta untuk menjadikan pasar-pasar di ibukota sebagai inkubator bagi para pedagang.
"Intinya, kami berniat menolong warga dengan memberikan kios. Lagi pula, memang kami ingin menjadikan supaya semua pasar di Jakarta menjadi inkubator bagi semua pedagang, termasuk warga Rawajati yang berdagang," tutur Ahok.
Kamis (1/9) kemarin, dilakukan penertiban puluhan bangunan yang berdiri di pinggiran rel kereta api di RT 09/04 Kelurahan Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan.
Saat penertiban dimulai, tangis histeris mewarnai proses pembongkaran puluhan rumah warga di RT 09/04 Rawa Jati, Pancoran, Jakarta Selatan, Kamis (1/9) pagi.
Bangunan yang sebagian besar digunakan tempat usaha itu dalam waktu relatif singkat diratakan dengan dua eskavator dari Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan.
Sahmari (60), salah seorang warga atau pemilik warung bunda mengaku tidak tahu mau mencari rejeki dari mana lagi, setelah tempat usahanya dibongkar oleh aparat Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan.
"Warung nasi tempat usaha saya udah dibongkar. Mau cari uang dari mana lagi," kata dia sambil meneteskan air mata, Kamis (1/9).