TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komandan Densus 99 Banser NU Nurruzaman menyatakan, peristiwa bom bunuh diri di Kampung Melayu diduga kuat merupakan aksi dari Jamaah Ansoru Daulah (JAD).
Dua orang terduga teroris tewas akibat bom bunuh diri.
Berdasarkan info yang diperoleh Densus 99 Banser NU, dua terduga teroris tersebut adalah berasal dari Bandung.
Kedua orang tersebut adalah Ahmad Sukri dan Ichwan Nurul Salam.
Ahmad Sukri adalah pemuda kelahiran Bandung, 10 November 1985, tinggal di Kampung Ciranji, RT 04/RW 05, Desa/Kelurahan Sinargali, Kecamatan Cipongkol.
Sedangkan Ichwan Nurul Salam kelahiran Bandung, 28 Desember 1985. Dia tinggal di Jalan Cibangkong No 103/120, RT2/RW 7, Kelurahan, Cibangkong, Kecamatan Batununggal, Kota Bandung.
"Dari analisa dan info yang kita peroleh, kedua terduga teroris tersebut merupakan jaringan JAD Bandung Barat. Kami deteksi adalah jaringan Kiki Muhamad Iqbal, Cibiru Bandung, pelaku bom Cibiru yang divonis 6 tahun pada 2011 dan dipenjara di Kembang Kuning, Nusakambangan," kata Nurruzaman dalam keterangannya kepada redaksi Tribunnews, Jumat (26/5/2017).
Baca: Pesan Terakhir Bripda Imam Gilang kepada Sang Pacar 15 Menit Sebelum Gugur: Yang
Menurut Nurruzaman, bom bunuh diri tersebut sudah direncanakan matang.
"Bom ini terkait dengan instruksi dari ISIS internasional untuk melakukan serangkaian aksi terorisme di beberapa tempat baru-baru ini," jelas Nuruzzaman.
Dia menyebutkan contoh, aksi bom bunuh diri di Irak belum lama ini; bom bunuh diri di konser penyanyi Ariana Grande, Manchester, Inggris, Senin (22/5/2017) malam waktu setempat; pendudukan wilayah Marawi, Filipina, Selasa (23/5/2017) yang berujung pada baku tembak sekelompok orang yang diduga ISIS, dan yang baru saja terjadi, aksi bom bunuh diri di Kampung Melayu, Jakarta Timur, Rabu (24/5/2017) malam.
"Aksi ISIS di Marawi, Filipina, itu banyak didukung anggota Jamaah Ansoru Daulah (JAD) Indonesia," terangnya.
Sementara, Nuruzzaman melanjutkan, selain perintah langsung ISIS internasional, bom bunuh diri di Kampung Melayu juga aksi balas dendam pihak JAD karena anggota tewas di Tuban, Lumajang, dan Poso oleh aparat kepolisian.
“Diduga kuat aksi instruksi teror bom ini merupakan instruksi Rois Darmawan, terpidana mati kasus bom Kedubes Australia yang saat ini dipenjara di Nusakambangan. Dia marah dan balas dendam karena salah satu pelaku terorisme yang ditembak mati polisi adalah saudaranya Rois," tandas Nuruzzaman, yang juga dikenal sebagai pengamat terorisme, Kamis (25/5/2017).
Nuruzzaman menjelaskan, sejauh ini ada tiga orang yang masih bisa menfatwakan anggota JAD untuk jihad (teror bom), yakni Aman Abdurrahman, Rois Darmawan, dan Brekele alias Mujadid alias Syaiful Anam.
"Tiga orang ini yang masih bisa menfatwakan untuk melakukan amaliyah jihad," ujar dia.