TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kebutuhan rumah singgah bagi pasien kanker masih jauh dari kata mencukupi.
"Meskipun sudah banyak rumah singgah namun belum bisa mencukupi. Masih kurang cukup banyak," kata salah seorang pengurus Indonesian Cancer Information and Support Center Association (CISC), Sri Suharti di Jakarta, Jumat (13/12/2019).
CISC memiliki dua rumah singgah yakni di Anggrek Nelly Murni 2 dan di rscm ada 1 berkapasitas 15-17 kamar, sedangkan di RSCM hanya 12 kamar.
Dikatakannya, saat ini rumah singgahnya selalu penuh dengan fasillitas yang disediakan tempat tidur untuk satu pasien dan satu pendamping.
"Mereka tinggal tergantung lama tinggal tergantung terapi. Ada yg 3 hari hanya untuk kontrol sampe hitungan bulan bahkan setahun. Biasanya sambil menunggu jadwal kemoterapi dan radiasi," katanya.
Untuk mencukupi kebutuhan rumah singgah ini, CISC meminta pemda untuk menyediakan rumah singgah dan memberikan uang saku.
"Keluhan pasien di rumah singgah, meski obat sudah menggunakan bpjs tetapi biaya di luar berobat mahal. Misalnya transport, makanan pendamping, pampers dan sebagainya. Belum lagu masalah antar jemput," katanya.
Bambang Chriswanto, Public Affairs and CommunIcation Director PT Pfizer Indonesia mengatakan, pihaknya memberikan empati pada pasien.
"Pasien kanker juga memiliki beban sangat besar. Kanker payudara adalah paling banyak jumlah pasien banyak di antara pasien kanker lainnya," katanya.
Pfizer Indonesia punya 3 keahlian, pengobatan terbaru berdasarkan teknologi, vaksin untuk dewasa dan anak dan ketiga anti infeksi.
Dalam rangka ulang tahun pfizer secara global ke-170. Fokus tidak hanya kegiatan sosial seperi bersih-bersih rumah singgah ini tetapi sebagi unglapan rasa syukur akhir tahunz
Kegiatan lainnya yang utama adalah Edukasi ttg kanker kepada pasien dan caregiver. Di bidang medis Pfizer juga banyak menyelenggarakan kongres ilmiah, dan memberikan dana penelitian.
Belum lama ini Pfizer mengadakan forum Onkologi se-Asiapasifik, yang salah satu kegiatannya adalah mengkumpulkan komunitas-komunitas pasien kanker di asia pasifik dan membangun jaringan.
"Tujuannya edukasi Tidak hanya deteksi dini tetapi lebih menyadari untuk menemui dokter saat mengalami gejala berkaitan dengan kanker," katanya.