"Terakhir adalah believe, agama, norma, aturan, enggak ada sama sekali," imbuh Haniva.
KPAI Sebut Perilaku NF Bisa Dideteksi
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Retno Listyarti, menyebut peristiwa pembunuhan APA oleh NF sebenarnya bisa dideteksi sejak dini.
Namun, diperlukan pemahaman dari sejumlah pihak yang harus mengerti kondisi pelaku.
Ia menyebut, kondisi keluarga remaja berinisial NF (15) itu membuat pelaku kekurangan kasih sayang.
"Anak ini memang dalam kondisi keluarganya tidak utuh, memang dia korban perceraian."
"Kemudian ayah dan ibunya menikah lagi, dan si ayah menikah dengan ibu sambungnya."
"Ini sebenarnya menimbulkan suatu kebutuhan kasih sayang, ketika dia tumbuh kembang di usia ini," ujar Retno Listyarti, dikutip dari YouTube Kompas TV, Senin (9/3/2020).
Baca: Pengacara Keluarga Bocah yang Dibunuh ABG Sebut Pembunuhan Telah Direncanakan, Ini Penjelasannya
Baca: Sering Nonton Film Horor, Remaja Pembunuh Bocah Diduga Punya Pikiran Ekstrem hingga Rencana Membunuh
Selain itu, keluarga dan pihak sekolah juga harus bisa mendeteksi perilaku menyimpang yang ditunjukkan oleh NF.
"Sebenarnya dia menunjukkan tanda-tanda seperti menyakiti hewan, itu sebenarnya bisa dideteksi oleh lingkungan, termasuk guru, sebenarnya di sekolah juga bisa," jelasnya.
Menurutnya, pihak sekolah harus bisa berperan sebagai orang tua yang memberi kasih sayang pada NF saat berada di sekolah.
"Sekolah itu rumah kedua, ketika di rumah pertama dia tidak mendapatkan kasih sayang seperti yang dia harapkan."
"Mungkin sekolah bisa menjadi tempat rumah kedua, wali kelas bisa menjadi orang tua kedua, dan didalam hal ini dia katanya cenderung menyendiri, sulit bergaul, dan lain-lain."
"Itu sebenarnya sudah menunjukkan tanda, artinya andaikan punya kepekaan," ungkapnya.