Sebelumnya, Didah Rosidah (40), satu di antara korban selamat kebakaran Pertamina Plumpang mengaku, rumahnya sudah ludes dilahap si jago merah.
Sejak insiden kebakaran maut, pada Jumat (23/3/2023) malam itu, Didah mengatakan, belum sempat melihat lagi kondisi rumah dan harta bendanya yang sudah tidak bersisa.
Meski demikian, Didah mengaku bersyukur, dia, sang suami dan anak semata wayangnya bisa selamat dari insiden maut itu.
Saat diwawancarai Tribunnews.com, Didah mengatakan, dia merupakan pemilik rumah kontrakan.
Dia memiliki empat unit rumah berbentuk tiga petak, yang dikontrakannya untuk para pekerja.
"Rumah (utama) 2 tingkat, habis semua (terbakar). Kamar di bawah ada 2. Di atas 4," kata Didah, saat ditemui di pengungsian di Kantor Palang Merah Indonesia (PMI) Jakarta Utara, Senin (6/3/2023).
"Ada yang ngontrak di atas. 3 petak (bentuk kontrakannya). Hangus semua barang-barangnya yang ngontrak. Kontrakan punya sendiri," sambungnya.
Baca juga: Pengelola RPTRA Sebut Pengungsi Depo Pertamina Plumpang Kekurangan Obat-obatan
Soal kontrakannya itu, Didah mengaku khawatir, bukan hanya karena barang-barang para pengontrak yang ikut hangus terbakar, tapi juga karena dia belum bertemu lagi dengan para pengontrak usai kejadian nahas itu.
"Kita enggak tahu pada kemana (pengontrak). Khawatir barang-barang mereka udah hangus semua. Pengen ketemu, tapi hape saya juga terbakar pas lagi di-charge. (Jadi) enggak ada komunikasi," ungkapnya.
Sementara itu, Didah mengaharapkan kebijakan dari Pemerintah terkait tempat tinggal untuk kedepannya.
Terlebih, kata Didah, ia mendengar informasi bahwa tenda pengungsian untuk para korban kebakaran dari pihak PMI akan berakhir, pada Rabu (8/3/2023).
"Iya pengennya gimana, pengungsian sampai hari ke berapa kan. Dengar-dengar 5 hari kan. Dengar-dengar hari Rabu terakhir," katanya.
"Kebijakan dari Pemerintah gimana ini. Rumah belum beres. Apa kita di sini. Mau dibikinin tenda atau gimana. Harus gimana ini, masa mau di sini aja. Kita mau kemana," sambungnya.
Lebih lanjut, Didah mengatakan, belum ada komunikasi, baik dari Pemerintah ataupun PMI soal tempat tinggal para pengungsi kedepannya.