Laporan Reporter Tribunnews.com, Naufal Lanten
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bahruddin seorang penjaja jasa angkut barang atau porter di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat tak kuasa menahan tangisnya karena terpaksa tak mudik.
Udin, sapaan akrabnya Bahruddin memilih tetap bertahan di Jakarta, berpisah dengan keluarga karena harus mencari nafkah demi pendidikan buah hatinya.
Baca juga: Ramainya Pemudik di Stasiun Pasar Senen, Porter Enggan Pulang Kampung Pada Momen Mudik Lebaran
Dengan berat hati, ia mengabarkan niatnya tetap bekerja saat lebaran pada sang istri yang ada di kampung halaman.
“Mah, saya untuk Lebaran enggak bisa kumpul dengan keluarga. ‘Kenapa mas?’ Namanya kita hidup, bukan kumpul aja, tapi bagaimana kita hidup kedepannya anak lebih baik,” demikian percakapan sebelum perpisahan antara Bahruddin dengan istri sebelum memutuskan tak mudik pada Lebaran 2023 ini.
Satu dekade sudah pria kelahiran Kebumen, 51 tahun silam ini menggeluti profesi dengan penghasilan tidak tetap itu.
Kendati pemasukan tak menentu, ayah dua anak ini tetap semangat membantu para penumpang yang hendak melaksanakan mudik pada Idulfitri 1444 H tahun ini.
Momen Lebaran pun kerap mendatangkan dilema bagi perantau yang tinggal seorang diri di ibu kota ini.
Pasalnya, dia harus memilih antara keluarga atau mencari nafkah.
Baca juga: Kisah Porter Demi Kebutuhan Keluarga, Anak Kecewa karena Dirinya Tidak Pulang Kampung saat Lebaran
Namun pada akhirnya, Udin tetap ke Jakarta di tengah jutaan masyarakat Indonesia pulang ke kampung halaman.
“Siapa sih namanya orang tua enggak kepingin kumpul sama keluarga. Tapi keadaan yang belum memungkinkan,” kata Udin saat ditemui ketika beristirahat di area Stasiun Pasar Senen, Kamis (27/4/2023).
Meski telah terlebih dahulu berkumpul dengan keluarga sebelum Lebaran, pria berkulit sawo matang ini mengaku sedih belum bisa berkumpul dengan anak istri pada saat hari raya.
Baca juga: Viral Ariel NOAH Mudik Naik Sepeda Motor, Netizen Bertemu Mantan Luna Maya Tembus Kemacetan
Udin bahkan hingga meneteskan air mata ketika mesti bekerja ketika malam takbiran beberapa waktu lalu.
“Nangis pak. Saya dengar takbir aja nangis, apalagi saya sudah gak punya bapak ibu. Mertua saya baru meninggal kemarin pas mau puasa.”
“Jadi otomatis ya gimana lah ya namanya jauh dari keluarga, siapa si yang gak kepengin kumpul dengan keluarga? Yang saya katakan tadi, tapi keadaan yang belum memungkinkan,” keluh Udin.
Keputusan yang telah diambil Udin pun telah disetujui oleh anak dan istri. Mereka memahami alasan yang diambil sang kepala keluarga.
Udin memiliki sepasang anak laki-laki dan perempuan. Putra sulungnya kini berkuliah di salah satu universitas di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Sementara putri bungsunya saat ini kelas II Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Udin mengatakan dirinya masih menunggak biaya sekolah putrinya hingga tahun ini. Hal itu pula lah yang membuatnya tetap bekerja di hari raya.
“Anak ini mau bayar semester, yang satu mau bayar sekolah, setahun ini belum dibayar. Anak saya setahun aja ini Rp4 juta. SMK 4 juta. Sepeser pun belum terbayar,” tuturnya.
“Anak pun menyadari, bapak pingin kumpul di rumah tapi kalau bapak kumpul nanti cuma sekadar kumpul, nanti kamu putus sekolah, gimana? Tapi anak Alhamdulillah menyadari sampai di situ, mengerti,” imbuhnya.
Udin mampu meraup penghasilan kotor hingga Rp200 per hari. Itu pun didapatkan setelah seharian penuh mengangkut barang para pengguna jasa kereta api.
Porter tak pernah mematok tarif untuk setiap barang yang diangkut.
Jika bernasib mujur, juru angkut stasiun bisa mendapatkan Rp50 ribu dari orang yang menggunakan jasa porter.
Meski tak jarang juga ia harus gigit jari lantaran upah yang diberikan tak sesuai dengan beban kerjanya.
“Tapi kita syukuri. Kerja kaya gini kita syukuri aja,” kata Udin.
Pada masa mudik Lebaran tahun ini, Udin mengaku dia dan rekan-rekan seprofesinya mendapat keuntungan berlipat hingga 50 persen.
Namun demikian, jumlah itu dianggap tak berbanding lurus dengan banyaknya pemudik yang menggunakan kereta api.
Bahkan menurut dia, pendaptannya tahun ini masih kalah dengan penghasilannya pada masa Lebaran tahun lalu.
“Penumpangnya banyak tapi yang pakai jasa kulinya sedikit,” kata Udin sambil tertawa.
Bagnya, kondisi tersebut bukan perkara besar. Udin tetap semangat mencari nafkah untuk keluarga.
“Alhamdulillah cukup bagus untuk keluarga, cukup lah ibaratnya (penghasilan porter).”
Udin juga berencana akan mudik ke Kebumen jika momen hari raya ini telah tuntas.
“InsyaAllah abis Lebaran ini saya mudik,” tukasnya.