Hal itu sesuai dengan visi dan misi Ronaksara. Visi Ronaksara yaitu ingin menjadi rumah produksi bagi siapapun yang ingin bertindak dan belajar.
“Seperti motto kita, shoot and learn. Harapannya semua pihak yang bekerja dengan Ronaksara mendapatkan pengalaman yang tidak terlupakan dan bisa belajar bersama kami,” jelas dia.
Misi Ronaksara, kata Rizky, adalah membuat seluruh karya dengan sepenuh hati dan pikiran. “We just bunch of amateurs who show the world that we could work like professionals,” tutur dia.
Rizky cenderung menyebut dirinya sendiri sebagai sosok amatir, lantaran selalu menemukan banyak hal baru di luar sana yang belum diketahui.
“Banyak orang yang underestimate seorang amatir. Padahal, faktanya ada sesuatu yang seorang amatir bisa melakukan, namun kelompok profesional tidak melakukan,” papar Rizky Adrian.
Rizky menambahkan, seorang amatir yang sedang menekuni passionnya akan bekerja dengan penuh cinta. Sebab, rasa penasaran dan ingin tahu selalu menghantui Rizky.
Sedangkan, seorang profesional bekerja mengatasnamakan profesi yang didasari ilmu yang sudah mereka miliki sebelumnya.
“Bukan berarti profesional itu jelek ya. Namun, bekerja dengan cinta menurut saya outputnya akan lebih memiliki feel yang mendalam dibandingkan bekerja dengan pakem ilmu yang sudah dimiliki sebelumnya,” urai Rizky Adrian.
Rizky pun menilai sumber daya manusia di Indonesia sangat banyak dan bisa bersaing.
“Kalau orang lain bisa, kenapa kita nggak? Karena begini, Bill Gates atau lihat orang-orang sukses lain deh. Mereka punya 24 jam yang sama dengan kita. Semestinya kita juga bisa sama dengan mereka? Berarti ada di dalam rentang waktu 1x24 jam, yang orang sukses lakukan sedang tidak kita lakukan. Saya ingin meninggalkan legacy untuk anak cucu kelak, bahkan bisa untuk orang-orang di dunia. Mungkin berupa ilmu, materi, nama baik atau bentuk lainnya yang mereka bisa merasakan,” papar Rizky Adrian.