News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kisah Unik Soeharto

Soeharto Tak Gubris Pesan BJ Habibie (2)

Editor: Ade Mayasanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dua sahabat lama saling bertemu tentu sangat membahagiakan. Itulah gambaran pertemuan mantan PM Singapura Lee Kuan Yew dengan mantan Presiden Soeharto. Saat mengantar tamunya pulang, Soeharto kelihatan sumringah dan sehat (tanpa kursi roda). Dia menebar senyum dan melambaikan tangan. Lee Kuan Yew meninggalkan kediaman Jenderal Besar Soeharto di Jalan Cendana 8, Jakarta Pusat, pukul 12.50 WIB, Rabu (22/2/2006) (TRIBUNNEWS.COM/BIAN HARNANSA)

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Febby Mahendra Putra

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di akhir pemerintahan Soeharto, mantan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Ary Mardjono, punya cerita menarik mengenai sejumlah menteri Kabinet Pembangunan VII yang tak lagi loyal kepada sang jenderal besar.

Saat itu, 20 Mei 1998, Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan, dan Industri (Menko Ekuin) Ginanjar Kartasasmita, menggelar rapat koordinasi di kantor Bappenas, Jakarta.

Rapat yang berlangsung pukul 17.00-19.00 WIB itu dihadiri 15 menteri.

Ada tiga menteri tidak hadir, yaitu Menteri Lingkungan Hidup Prof Dr Juwono Sudarsono sedang sakit, Menteri Perindustrian dan Perdagangan Bob Hasan, serta Menteri Keuangan Dr Fuad Bawazier.

Dalam kesempatan itu Ginanjar menyatakan," Di Indonesia sekarang ini satu-satunya orang yang paling dekat dan paling dipercaya IMF adalah saya.

IMF bahkan mengatakan I count on you (saya mempercayai kamu) kepada saya."

Selanjutnya Ginajar menyatakan, "Umur Republik Indonesia saat ini, ditinjau dari segi ekonomi hanya tinggal lima hari, sehingga merupakan situasi gawat apabila tidak tidak diambil langkah-langkah reformasi di segala bidang. Kabinet baru yang akan dibentuk Pak Harto juga tidak akan menyelesaikan masalah."

Lebih mengejutkan Ginanjar menyatakan tidak akan bersedia duduk dalam kabinet yang akan dibentuk Soeharto keesokan harinya, 21 Mei 1998.

"Kalau para menteri yang lain sependapat dengan saya, mari kita secara bersama-sama menuli surat untuk Pak Harto," tambah Ginanjar.

Ajakan Ginanjar ternyata mujarab. Sebanyak 14 dari 15 menteri yang hadir, kecuali Ary Mardjono, menyatakan sepakat.

Tak ingin tinggal diam, mantan Sekjen Partai Golkar tersebut mengajukan empat pertanyaan kepada Ginanjar.

Pada intinya purnawirawan Letnan Jenderal itu mempertanyakan mengapa dalam kondisi Soeharto menghadapi masalah berat, para menterinya justru meninggalkannya.

Ginanjar yang sudah cukup lama ikut dalam pemerintahan Soeharto justru menjawab enteng," Kalau Pak Ary Mardjono tidak mau mundur, juga tidak apa-apa."

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini