News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ujian Nasional 2012

Tiga Jenis Kecurangan UN SMP

Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua LPSK, Abdul Haris Semendaway (tengah) bersama Penanggungjawab Bidang Hukum, Diseminasi dan Humas LPSK, Hotma David Nixon (kiri) dan Aktivis ICW, Febri Hendri, berbicara kepada wartawan terkait dugaan kecurangan dalam Ujian Nasional, di kantor LPSK Jakarta Pusat, Senin (23/4/2012). ICW membuka posko pengaduan praktik kecurangan Ujian Nasional (UN) di Kantor LPSK dan meminta siapa saja yang melihat praktik kecurangan UN untuk tidak takut melapor. TRIBUNNEWS/HERUDIN

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia, Retno Lystiarti mengatakan Ujian Nasional (UN) tingkat SMP yang digelar 23 April lalu, hingga hari ini, 26 April, kembali diwarnai berbagai kecurangan.

Dalam konfrensi pers yang digelar di kantor Indonesian Coruption Watch, (ICW), Kalibata, Jakarta Selatan, mengatakan ada tiga jenis kecurangan yang dilakukan oknum-oknum pendidikan untuk mengakali hasil Ujian Nasional.

Pertama, yakni sebelum UN, dengan cara "mencuci raport" dan mengkatrol nilai ujian sekolah, selain itu saat UN, pagi-pagi kunci jawaban sudah diedarkan, peredaraannya mulai dari beli kunci, sampai mendapatkan kunci jawaban dari pengawas, panitia dan kepala sekolah.

"Terakhir, setelah UN berlangsung, modusnya mengganti kunci jawaban atau mengisikan jawaban yang dikosongkan siswa," ujarnya.

Ia mencatat, pada sebuah sekolah di Sumatera Utara siswa diketahui datang ke sekolah, dan menyalin kunci jawaban. Di Tebing Tinggi, Sumatera Barat, ditemukan kunci jawaban di kelas oleh seorang pengawas, dan oleh kepala sekolah, diminta kunci jawaban itu dikembalikan.

Di Tanggerang, Banten, kunci jawaban pagi-pagi sudah beredar, yang disampaikan oleh panitia ujian sekolah. Hasilnya, kurang dari satu jam seluruh siswa sanggup menyelesaikan soal.

Di Jawa Timur, ada sekolah yang meminta pengawas untuk tidak mengganti tipe soal, artinya soal A sampai E tidak boleh diputar berganti.

"Di Jakarta, banyak murid sekolah gurem hanya sekilas membaca soal, dan dengan cepat menyelesaikan soal," kata Retno.

Di Depok, Jawa Barat, FSGI mendapatkan data bahwa sejumlah siswa mengaku diberi kunci jawaban oleh pihak sekolah, hingga empat hari berturut-turut.

"Kami melihat fenomena respon terhadap UN bukanlah bekerja keras, tetapi membentuk tim suskes dengan rekayasa lulus seratus persen, sungguh memprihatinkan karena banyak guru yang selalu jadi langganan stress massal berperang dengan nurani setiap tahun" tandasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini