Laporan Wartawan Tribun Jambi, Suang Sitanggang
TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - Orang rimba selayaknya bangga, terutama bagi yang sudah merasakan betapa pentingnya ilmu pengetahuan.
Sebab, seorang anak dari komunitas yang tinggal di pedalaman hutan Jambi, telah berhasil lulus SMA. Anak bernama Besudut, kini siap menjajal dunia perguruan tinggi.
Besudut adalah nama yang disematkan orang tuanya yang tinggal di Taman Nasional Bukit Dua Belas. Namun, di dunia pendidikan, namanya menjadi Irman Jalil.
Memang agak aneh satu orang memiliki dua nama, dan kedua nama itu pun sah. Ia lebih suka bila dipanggil dengan nama Besudut.
Nama Irman Jalil disematkan oleh orang tua angkatnya, seorang warga Trans Tanah Garo, waktu ia menumpang tinggal di Tanah Garo agar bisa masuk sekolah formal.
"Sebenarnya bapak kasih nama Herman Jalil. Tidak tahu mengapa tertulis jadi Irman Jalil," kata Besudut kepada Tribun Jambi (Tribun Network) beberapa waktu lalu.
Ia tidak memermasalahkan adanya kesalahan dalam penulisan nama. Baginya, yang terpenting adalah menatap masa depan. Pria berambut pendek ingin mengubah nasib kaumnya.
"Saya ingin nantinya semua anak rimba bisa baca tulis," ujarnya saat ditemui di Sekretariat KKI Warsi.
Hingga kini, memang masih belum banyak anak rimba yang bisa baca tulis. Yang sudah mengenyam pendidikan di sekolah formal, jumlahnya jauh lebih sedikit.
Orang rimba mulai ada yang bisa baca tulis sejak KKI Warsi masuk mendampingi komunitas tersebut. Guru pertama yang masuk ke sana adalah Yusak bersama beberapa orang dalam satu timnya.
Namun, Tuhan berkehendak lain. Ia langsung dipanggil sebelum misinya mencerdaskan orang rimba selesai. Misi tersebut dilanjutkan Butet Manurung bersama beberapa anggota tim yang juga dari KKI Warsi.
"Pertama kali saya diajarkan baca tulis oleh Butet Manurung. Dia waktu itu masih bersama-sama Warsi," kenang Besudut.
Bisa membaca dan menulis membuatnya semakin tertarik dengan ilmu pengetahuan, hingga ia berani keluar dari rimba supaya bisa masuk sekolah formal.