Laporan Wartawan Tribunnews.com Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rahasia kesuksesan narapidana teroris Fadli Sadama melarikan diri dari Lapas Tanjung Gusta, Sumatera Utara, pada 11 Juli 2013, akhirnya terkuak.
Setelah tertangkap di Malaysia, Fadli mengakui keberhasilan dirinya kabur dan menghindari kejaran polisi juga dikarenakan campur tangan keluarganya.
Hal tersebut, diungkapkan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Boy Rafli Amar.
"Ia lari ke daerah kebun sawit di wilayah Matudung, tepatnya di dekat kuburan cina. Kemudian, dijemput saudaranya dan menetap di rumah saudaranya sekitar dua minggu," kata Boy di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (4/12/2013).
Setelah bersembunyi di rumah saudaranya itu, Fadli pindah ke rumah rekannya selama satu minggu. Sepekan kemudian, Fadli kembali menempati rumah saudara yang menjemputnya selepas kabur dari lapas tersebut.
Ia kembali mendekam dalam rumah saudaranya itu selama dua pekan. Setelah itu, ia pergi ke Aceh, ke tempat rekannya. Ia bersembunyi di Aceh sekitar satu bulan.
"Kemudian ia kembali ke Medan kemudian melarikan diri ke Malaysia melalui Tanjung Balai menggunakan jalur laut, dengan menggunakan perahu nelayan ke Pelabuan Kuala Selangor," tutur jenderal bintang satu ini.
Di Malaysia, ia tinggal di rumah seorang warga di daerah Jingyang Selatan, yang pernah menjadi warga negara Indonesia.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selama di Malaysia, kata Boy, Fadli menggunakan uang yang diduga berasal dari bisnis narkoba. "Meskipun berada di dalam LP, Fadli Sadama masih bisa mengendalikan peredaran narkoba," tukasnya.