News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Malaysia Airlines Ditembak

Firasat PRT Sebelum Kepergian Majikan: Kaki Terasa Tidak Tapak di Tanah

Penulis: Abdul Qodir
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anetta permata, memegang foto sang nenek, Gerda Leliana Lahenda (82), yang tewas karena pesawat Malaysia Airlines MH 17 yang ditumpangi ditembak jatuh di Ukraina.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nenek berusia 82 tahun, Gerda Leliana Lahenda, menjadi satu dari 283 penumpang pesawat Malaysia Airline MH17 rute Amsterdam (Belanda)-Kualalumpur (Malaysia) yang jatuh ditembak di Ukraina pada Kamis (17/7/2014) kemarin.

Pihak keluarga tak mempunyai firasat buruk sebelum mendapat kabar nenek yang biasa disapa Oma itu dinyatakan masuk dalam daftar WNI di pesawat nahas tersebut.

Justru, sang Pembantu Rumah Tangga (PRT), Rikem (52 th), yang mendapat pertanda kepergian Lahenda.

"Tadi pagi, waktu saya jalan mau salat ke masjid dekat sini, tiba-tiba badan saya tergoncang, seperti linglung dan kaki saya seperti nggak napak ke tanah.

Begitu saya balik ke rumah, Bu Anetta (putri Lahenda) bilang, kalau pesawat Oma jatuh. Saya langsung kaget dan lemes," ujar Rikem saat berbincang dengan Tribunnews.com di rumah duka, Jalan Gedung Pinang Blok PK14 nomor 24, Pondok Indah, Jakarta Selatan, Jumat (18/7/2014) malam.

Selain itu, lanjut Rikem, Lahenda pun seolah sudah 'pamit' akan pergi selamanya sebelum terbang dengan pesawat Malaysia Airline pada pertengahan April 2014 lalu.

"Oma ke Belanda ketemu saudara-saudaranya. Oma sebelum berangkat ke Belanda bilang ke saya, 'Saya mungkin ke Belanda ini yang terakhir'. Saya tanya kenapa. Oma bilang, 'Sekarang saya sudah tua, nggak mungkin nanti bisa pergi lagi karena sudah nggak kuat, sudah tua. Padahal, saya bilang, mudah-mudahan nanti bisa pergi ke Belanda lagi," kisahnya.

"Kami di rumah suka mengobrol. Saya pernah tanya, apa Oma tidak takut naik pesawat. Oma jawab, 'Kalau orang sudah waktunya meninggal, Tuhan bisa kapan saja memanggil orang itu. Orang jalan kaki aja bisa tiba-tiba diambil sama Tuhan'," imbuhnya.

Lebih dari itu. Tiga hari sebelum berangkat dari Amsterdam, Lahenda sempat mengabarkan rencana kedatangannya melalui telepon kepada anak-anaknya.

Rikem sadar majikannya itu sangat memperhatikan kebersihan, khususnya kolam ikan di rumah. Karena itu, mengetahui sang majikan mau datang, Rikem bergegas menguras kolam ikan kesayangan sang majikan di rumah.

Sayang, meski kolam ikan sudah dikuras, ternyata orang yang ditunggu tak kunjung datang.

PRT asal Wonogiri itu mengakui sangat dekat dengan Lahenda selama di rumah. Ia mengaku tidak mengerti, apakah kejadian dan kalimat-kalimat dari Lahenda itu bagian pertanda kepergian majikannya.

"Oma itu orangnya baik banget. Ngomongnya halus meski ke pembantu seperti saya ini. Jadi, selama 17 tahun aku ikut sama Oma dan ibu, saya belum pernah dimarahi ataupun dibentak sama Oma. Mereka sudah seperti keluarga saya sendiri, mereka keluarga baik," ujarnya.

Sejak mendapat kabar buruk kepergian sang majikan pada Jumat pagi, Rikem mengaku kerap menangis seorang diri di sela-sela mengerjakan pekerjaan rumahnya. Ia mengaku sangat kehilangan atas kepergian majikannya itu.

"Ini sekarang lagi banyak tamu dan saudara-saudara berdatangan. Tapi, tadi-tadi, kalau tidak ada orang, saya suka menangis sendiri, saya teringat sama Oma, ingat semuanya, ingat waktu saya mengobrol atau saat melihat Oma sudah bangun tidur atau belum. Kalau ingat saat masih ada Oma, saya..," ucap Rikem sembari meneteskan air mata.

"Doa saya, semoga Oma diterima di sisi Allah, semoga masuk surga," imbuh Rikem sembari mengusap air matanya. (coz)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini