Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Brain rot adalah penurunan kemampuan mental dan kognitif yang disebabkan paparan berlebihan konten digital yang tidak bermakna.
Brain rot, bisa berdampak terhadap kesehatan mental dan perkembangan anak-anak yang sangat serius.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk melakukan beberapa upaya pencegahan, jangan sampai anak mengalami brain rot.
Baca juga: Mengenal Fenomena Brain Rot, Pembusukan Otak Akibat Konsumsi Konten Kualitas Rendah
Psikolog Anak dan Remaja, Vera Itabiliana Hadiwidjojo pun bagikan beberapa tips mencegah brain rot.
Pertama, usahakan ketika sedang bersama anak, orang tua tidak menggunakan gawai.
"Dikesampingkan dulu, orang tua fokus kepada anak. Sehingga anak tidak merasa bahwa keberadaannya tersaingi dengan gawai," ungkapnya pada talkshow kesehatan virtual yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan, Selasa (7/1/2025).
Kedua, jika anak tetap dikenalkan dengan gawai, maka orang tua harus membuat aturan khusus.
Orang tua bisa menggunakan pengaturan yang tersedia pada aplikasi gawai, termasuk media sosial yang akan digunakan anak.
"Jadi misalnya diatur, kapan, berapa lama, terus di mana dan apa yang dilihat. Kapan saja anak boleh mengakses gawai. Kontennya pun orang tua harus tahu. Dilihat rating usianya," papar Vera.
Aturan tersebut, perlu dibuat sesuai dengan perkembangan usia anak.
United Nations Children's Fund (UNICEF) sendiri, misalnya punya aturan seperti anak berusia dua tahun ke bawah tidak boleh sama sekali menggunakan gawai atau screen time.
Sedangkan usia dua hingga lima tahun sudah diperbolehkan.
Tapi dengan catatan, konten yang ditonton berisi edukasi, sesuai usia. Maksimal waktunya adalah 1 jam dalam satu hari.