TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia sudah mengalami kemerdekaan selama 69 tahun sejak diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.
Namun kenyataannya, Indonesia merdeka bukannya membawa Indonesia terbebas dari segala belenggu penjajahan.
"Cita-cita untuk membebaskan rakyat Indonesia dari stelsel yang menghisap, dari tata pergaulan hidup yang menjajah dan memiskinkan rakyat, kini tetap saja dihadapkan pada realitas bangsa terjajah," kata Wakil Sekjen DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto, di Jakarta, Minggu (17/8/2014).
Menurut Hasto, saat ini Indonesia dihadapkan pada utang luar negeri menumpuk yang mencapai lebih dari Rp 3.000 triliun. Kemudian, anggaran negara terus saja defisit dan masuk dalam jebakan mata rantai penjajahan ekonomi yang menghisap.
Hasto mengatakan, dalam suasana keterpurukan dimana jumlah orang miskin mencapai lebih dari 50% berdasarkan kriteria Bank Dunia, maka gelora perjuangan yang disampaikan oleh BK sesaat menjelang pembacaan teks Proklamasi 17 Agustus 1945 pun terasa kuat memberi semangat: "..kini tiba saatnya bagi kita untuk berani meletakkan nasib di tangan kita sendiri. Bangsa akan kuat apabila berani meletakkan nasibnya ditangan bangsanya sendiri".
"Spirit Proklamasi 17 Agustus seharusnya menjadi dasar semangat perjuangan untuk merdeka agar tidak ada kemiskinan dalam buminya Indonesia Merdeka," ujarnya.
Deputi Tim Transisi Jokowi-JK ini kemudian mengungkapkan, terpilihnya Jokowi melalui gerakan perubahan rakyat untuk hidup lebih baik terasakan relevansinya dengan semangat pembebasan sebagaimana menjadi inti peringatan proklamasi saat ini.
Yakni pembebasan dalam perspektif politik, ekonomi, dan gerak kebudayaan untuk menentukan nasib sendiri.
"Inilah yang menjadi skala prioritas Jokowi yakni menjadikan kekuasaan yang menyelesaikan masalah rakyat," pungkas Hasto.