TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebelas kader Golkar memilih mengambil keputusan yang berbeda dengan fraksi saat pengambilan keputusan opsi untuk pengesahan RUU Pilkada tadi malam sampai dini hari, Jumat (26/9/2014). Padahal dalam sejarah Golkar terkenal selalu kompak dan solid dalam pengambilan keputusan di Paripurna DPR.
Kesebelas kader Golkar itu adalah Poempida Hidayatulloh, Agus Gumiwang Kartasasmita, Nusron Wahid, Emil Abeng, Neil Iskandar, Oheo Sinapoy, Gusti Iskandar, Zainudin Amali, Chairuman Harahap, Nudirman Munir, dan Taufik Hidayat.
Menurut Poempida, sikap yang diambilnya dan rekan lainnya tak lain bertujuan memperjuangkan aspirasi rakyat sesuai dengan sumpah jabatan sebagai anggota DPR.
"Terlepas dari konsekuensi dan sanksi yang telah diultimatumkan oleh fraksi bahkan DPP Partai Golkar, ke 11 orang ini konsisten untuk memperjuangkan aspirasi rakyat sesuai dengan sumpah jabatannya," tegas Politisi Golkar ini, Jakarta, Jumat (26/9/2014).
Lebih lanjut menurut dia, 'Suara Golkar Suara Rakyat' yang selama lima tahun terakhir digaungkan untuk kemajuan dan kebangkitan kembali Golkar telah terepresentasikan oleh 11 orang yang mendukung dilaksanakan Pilkada Langsung oleh rakyat.
"Ini bukan suatu akhir dari perjuangan. Tapi ini adalah suatu awal dari langkah menciptakan paradigma baru ke depan dalam konteks membangun demokrasi yang bermartabat," tandasnya.