TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Ahmad Yani menuturkan, partainya terpaksa memilih keluar dari Koalisi Merah Putih (KMP) sebelum pemilihan pimpinan MPR Selasa (7/10/2014) malam.
"Akhirnya PPP terpaksa, PDIP menawarkan (MPR) ya kami ambil. Tapi kami lapor ke KMP, tidak berselingkuh diam-diam, kami gentle, izinkan kami pamit sebentar," kata Yani kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (8/10/2014).
Menurutnya, pimpinan MPR merupakan hak PPP yang harus dipertahankan. Dia pun mengakui bahwa ada komunikasi dari beberapa petinggi KMP agar PPP tidak menyeberang ke PDIP.
"Akhirnya sampai sore kemarin, Pak Novanto (ketua DPR) ke ruang fraksi, tapi belum ada jawaban jelas, sedangkan kader di daerah juga pertanyakan (jatah PPP)," kata Yani.
Meskipun paket yang diusung KIH gagal menang, namun PPP menurutnya tetap bersama dengan KMP.
Seperti diketahui, PPP berbeda sikap dengan KMP dalam pemilihan ketua MPR. PPP bersama Koalisi Indonesia Hebat dengan mengusung Hazrul Azwar sebagai calon wakil ketua MPR, dan anggota DPD Oesman Sapta Odang sebagai ketua MPR.