TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatera) merupakan spesies yang saat ini tengah sekarat populasinya. Organisasi-organisasi konservasi alam dunia memasukkan harimau Sumatera dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (critically endangered).
Terkait hal tersebut, Selasa(3/3/2015) besok berencana melepas harimau Sumatera ke alam bebas.
"Selasa besok kami melepas Panti dan Petir, Ibu dan anak harimau yang sebelumnya kami rawat. Sebelumnya tahun 2010 lalu kami juga melepas dua ekor anak harimau Sumatera. Pelepasan Panti dan Petir besok menurut rencana akan dilakukan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Menteri Kelautan dan Perikanan akan dilakukan di Taman Nasional Bukit Barisan Bagian Selatan (TNBBBS), pulau Sumatera," ujar Senior Advicer Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) Letjen TNI Purn Suryo Prabowo dalam pernyataannya Senin (2/3/2015).
Menurut Suryo, habitat harimau Sumatera berkurang secara tak terkendali karena perburuan liar untuk memenuhi pasar ilegal yang berkembang subur. "Pasar ilegal tersebut memperdagangkan bagian-bagian tubuh harimau dengan harga tinggi di pasar gelap untuk obat-obatan tradisional, perhiasan, jimat atau sekedar dekorasi untuk memuaskan sebuah hobi," jelasnya.
Tak bisa dibayangkan bagaimana jadinya dunia tanpa harimau. Jika tidak dilindungi, Harimau Sumatera hanya tinggal dongeng seperti nasib dinosaurus pada komik dan film.
"Sebab itu, selain penindakan yang tegas terhadap perdagangan ilegal satwa liar, upaya pelestarian dan pengembangbiakan harimau Sumatera harus digencarkan seperti di Taman Nasional Bukit Barisan Bagian Selatan (TNBBBS) oleh Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC)," ujar Suryo.
TWNC sejak tahun 1996 telah melaksanakan konservasi harimau Sumatra pada area seluas 450 km2 yang dikelola secara mandiri. Dalam usahanya tersebut, TWNC menggandeng Panthera, organisasi yang bergerak di bidang konservasi kucing besar. "Bekerjasama dengan Panthera, berdasarkan data preliminary dari camera trap mengindikasikan densitas harimau Sumatra di daerah selatan TWNC enam ekor per 100 km2 lebih tinggi dari yang diharapkan. Data tersebut membuktikan densitas berkembang dua kali lebih banyak dibandingkan data yang dahulu," bebernya.
Sementara itu CEO dari Panthera dan juga peneliti Harimau, Dr. Alan Rabinowitz menjelaskan kepadatan Harimau yang luar biasa telah ditemukan di Tambling merupakan hasil yang jelas dari program TWNC. "Tambling tidak hanya menyediakan tempat kehidupan bagi Harimau tetapi juga melakukan perlindungan terhadap Harimau tersebut. Tambling merupakan model wilayah konservasi Harimau yang memberikan harapan nyata bagi Harimau Sumatera, tidak hanya untuk pemulihan populasi, tetapi juga pertumbuhan populasi," terangnya.