TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Bupati Empat Lawang Budi Antoni Aljufri dan istrinya Suzana Budi Antoni kembali diperiksa penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Budi Antoni tiba terlebih dahulu sekitar pukul 09.15 WIB. Saat tiba, Budi yang mengenakan rompi tahanan KPK terlihat menyapa terlebih dahulu para pendukungnya.
Budi dan pendukungnya saling cium pipi kanan dan kiri (cipika-cipiki) dan saling berpelukan. Seorang perempuan bahkan terlihat histeris bertemu dan bersalaman dengan Budi Antoni.
Selang beberapa saat, Suzana pun tiba di KPK.
Budi dan istrinya adalah tersangka suap sengketa Pilkada Empat Lawang di Mahkamah Konstitusi tahun 2013. Selain disangka suap, keduanya juga disangka terkait memberikan keterangan palsu saat menjadi saksi Akil Mochtar di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta.
Atas perbuatannya, Budi Antoni dan Suzana disangka Pasal 6 ayat 1 huruf a Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 sebagaimana dibuah dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 jo pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHPidana.
Sementara terkait keterangan palsu, keduanya disangka Pasal 22 jo pasal 35 ayat 1 Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi sebagaimaan diubah Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001.Penetapan tersangka tersebut merupakan pengembangan kasus suap kepada Akil Mochtar yang telah divonis seumur hidup oleh pengadilan.
Sekadar informasi, Budi Antoni dalam dakwaan Akil Mochtar disebutkan memberikan uang senilai Rp 15,5 miliar untuk memenangkan sidang perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) Empat Lawang di MK tahun 2013. Rinciannya adalah di bulan Juli 2013, Budi menyuruh Suzanna mengantar duit sekitar Rp 10 miliar ke BPD Kalbar cabang Jakarta bersama Muhtar Ependy.
Duit itu lantas diterima oleh Iwan, bersama dua anak buahnya, Risna dan Rika, untuk disimpan di brankas bankSelang beberapa hari kemudian, Suzanna dan Muhtar kembali memberikan US$ 500 ribu ke Iwan. Kepada penyidik, Iwan, Risna, dan Rika mengakui Muhtar memang pernah menitipkan duit itu, yang totalnya Rp 15 miliar.